Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ichwan Sam, di Jakarta, Jumat, mengatakan harus ada titik temu antara para ahli hisab dan ahli rukyat mengenai metode yang akurat dalam menentukan 1 Syawal untuk meminimalisir perbedaan penetapan pada Idul Fitri di masa mendatang. "Para ahli hisab dan rukyat yang difasilitasi pemerintah dalam hal ini Departemen Agama sebaiknya dipertemukan untuk membicarakan metode-metode yang akurat dalam menentukan 1 Syawal. Kalaupun ada perebedaan itu pun tidak terlalu jauh," katanya. Menurut Ichwan, dalam pertemuan para ahli hisab dan ahli rukyat perlu dibahas di antaranya tentang penyempurnaan kaidah atau tata cara penentuan 1 Syawal yang akurat. "Karena dengan metode yang kurang akurat, perkiraan bisa juga menjadi kurang akurat," katanya. Indonesia, kata Ichwan, memiliki banyak ulama ahli hisab diantaranya KH Sidiq Amin dari Bandung dan KH Turaichan dari Jepara. Muhammadiyah juga memiliki Majelis Tarjih dan Lembaga Hisab Muhammadiyah, sedangkan NU memiliki Lajnah Falaqiyah NU. Menurut Ichwan, dengan merayakan Idul Fitri secara bersama-sama akan membuat umat Islam lebih tenang dan mantap dalam merayakannya. Sebelumnya, PP Muhammadiyah telah menetapkan 1 Syawal 1427 Hijriyah jatuh pada Senin, 23 Oktober 2006, berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. "Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal 1427 Hijriyah, Senin, tanggal 23 Oktober 2006, namun Muhammadiyah menyadari tidak seluruh wilayah di Indonesia hilalnya sudah wujud pada hari itu, sehingga bisa jadi ada yang menetapkan 1 Syawal pada Selasa," kata Perwakilan dari Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Oman Fathurrohman. Ketua Pengurus Pusat Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama KH Ghozali Masroeri menyatakan NU bisa saja menentukan jatuhnya 1 Syawal dengan menggunakan metode penghitungan (hisab), namun jika selama ini NU bersikukuh menentukan 1 Syawal melalui metode rukyat, hal itu dimaksudkan sebagai bentuk ibadah. Sementara itu menyikapi kemungkinan perbedaan penetapan itu, Dewan Pimpinan MUI dalam taushiyah menyambut Idul Fitri 1427 Hijriyah berpendapat dalam menetukan 1 Syawal 1427 Hijriyah masih harus menunggu ketetapan Sidang Isbat Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama RI bersama MUI dan Ormas-ormas Islam pada 22 Oktober. "Apapun hasil itu nantinya MUI dan ormas Islam mengimbau kepada masyarakat agar tetap saling menghormati dan menghargai satu sama lain," kata Ketua MUI, Prof.Dr. Umar Shihab.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006