Karangasem (ANTARA News) - Sedikitnya 14 titik api berkobar dengan mengepulkan asap tebal di lereng timurlaut dan timur Gunung Agung di Kabupaten Karangasem yang berjarak sekira 110 kilometer timurlaut Kota Denpasar, Bali. Wartawan ANTARA yang mengunjungi daerah itu, Rabu malam, melaporkan, titik-titik api yang membakar hutan dan semak-semak gunung tertinggi di pulau itu terlihat jelas dari daerah perbukitan Dusun Tegalanglangan, Desa Datah, Kecamatan Abang. Kebakaran hutan pada musim kemarau tahun ini yang belum teratasi itu, kini di sebagian lerang kobaran apinya telah merembet ke bawah dan mendekati kawasan lahan pertanian milik penduduk yang sebagian besar ditanami jambu mete. Kobaran api yang terus merembet itu tampak meninggalkan onggokan arang serta belukar hangus kehitam-hitaman di sepanjang alur Tukad (sungai) Linggah sebuah sungai yang berhulu di puncak Gunung Agung. Di kiri dan kanan sungai yang memisahkan Kecamatan Abang dan Kubu itu, sebagian besar kawasan belukarnya terlihat telah hangus terbakar. Wayan Ranawa (60), yang selama ini tinggal di gubuk darurat di lokasi galian pasir Tukad Linggah mengaku khawatir dengan merembetnya kobaran api ke kawasan lahan pertanian penduduk. Kobaran api yang semula berjarak berkilo-kilo meter dari kebun jambu mete miliknya, kini kian mendekat dengan jarak hanya beberapa ratus meter saja. Kebakaran yang diduga akibat ulah manusia itu, menurut dia, kemungkinan tidak hanya akan mengepung daerah pertanian warga di Dusun Muntig dan Kedampal, Kecamatan Abang, tetapi juga dusun tetangganya Batudawa, Kecamatan Kubu. Mengingat itu, baik Ranawa maupun beberapa temannya yang bercocok tanam di bagian utara Desa Datah sangat mengharapkan pemerintah setempat segera mengambil tindakan untuk memadamkan titik api. "Bapak lihat sendiri sebaran titik apinya begitu banyak di lereng gunung. Salah-salah, itu semua dapat terus merembet ke bawah, ke areal lahan pertanian penduduk," ucapnya sambil menunjuk gunung yang menjulang tinggi di baratdaya Dusun Tegalanglangan.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006