Nanning (ANTARA News) - Pejabat China dan negara ASEAN dalam pertemuan di Nanning, Guangxi, China, menyepakati konsensus untuk memperkuat kerjasama di bidang inspeksi dan karantina, dalam upaya percepatan menuju pembentukan Zona Pasar Bebas (FTA) China-ASEAN. ANTARA melaporkan dari Nanning, Jumat, konsensus yang disepakati antara lain, kedua pihak (China-ASEAN) menyadari beratnya beban tanggung jawab yang dipikul hingga diperlukan peningkatan kerjasama untuk memberikan hak-hak perlindungan terhadap kesehatan manusia, tanaman, hewan dan lingkungan serta perlindungan bagi konsumen. Kesepakatan dicapai ditengah berlangsungnya rangkaian acara Pertemuan Summit Peringatan 15 tahun dialog China-ASEAN, Pameran Dagang ke-3 China-ASEAN dan Pertemuan Puncak Bisnis China-ASEAN. Kedua belah pihak juga menyadari, peraturan, standar dan prosedur inspeksi dan karantina sangat dipengaruhi oleh tatanan perdagangan internasional, sehingga diperlukan pertukaran informasi mengacu pada prinsip transparansi, harmonisasi dengan standar dan ekuivalensi terhadap pengaturan bilateral dan mutual, baik ditingkat regional maupun internasional. Disadari pula pentingnya upaya peningkatan kerjasama di bidang inspeksi dan karantina untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan ekonomi kedua belah pihak, termasuk dalam upaya menuju pembentukan kawasan pasar bebas China-ASEAN. ASEAN dan China, dalam konsensus tersebut, juga menyadari pentingnya upaya meningkatkan kerjasama teknis dan pembangunan kemampuan (capacity building) dengan menyepakati MOU di Bidang Kerjasama Karantina dan Inspeksi bersemangatkan kemitraan, termasuk bagi pengaturan pengakuan timbal-balik (Mutual Recognition Arrangement - MRA). Menurut Kepala Administrasi Umum Urusan Supervisi Mutu, Inspeksi dan Karantina China, Li Changjiang, diharapkan MOU tersebut sudah bisa ditandatangani Desember tahun ini. China dan ASEAN sedang memacu upaya pembentukan FTA paling lambat 2010, sedangkan pada 2008 diharapkan nilai perdagangan kedua belah pihak mencapai 200 miliar dolar AS, dibandingkan dengan 130 miliar dolar AS pada 2005. Pada 2005 juga tercatat lebih tiga juta warga dari kesepuluh negara ASEAN berkunjung ke China. Meningkatnya intensitas perdagangan dan arus pertukaran manusia mendorong kedua belah pihak menyediakan cara yang lebih efektif bagi tugas-tugas inspeksi dan karantina, baik keluar atau masuk ke tiap-tiap negara. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006