Jakarta (ANTARA News) - Junus Effendy Habibie, Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda, sama sekali tidak takut menghadapi wartawan lantaran menilai melalui perslah ia menjadi dirinya sekarang ini. "Saya ini dibesarkan oleh pers, bahkan pernah tidak jadi ditangkap aparat, karena saya bawa wartawan," katanya dalam pertemuan dengan Editor`s Club, di Jakarta, Jumat. Tokoh yang akrab disapa dengan nama panggilan Fanny Habibie itu mengemukakan, pernah dilarang masuk ke Maluku saat berusaha mendamaikan kelompok yang bertikai di provinsi itu. Namun, ia nekat, karena tidak ada seorang pun yang bisa melarangnya sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) menginjakkan kakinya di tempat mana pun di wilayah RI. "Saya bilang kepada pejabat itu, saya akan tetap datang. Silakan tangkap saya setiba di Bandara. Ternyata, tidak berani, karena saya bawa wartawan yang siap memberitakan insiden penangkapan saya," katanya, sambil tertawa. Fanny mengaku bahwa dirinya adalah pelaut. Ia ingin menjadikan laut sebagai alat pemersatu dan pengikat bangsa Indonesia, secara ekonomi, politik, dan budaya. Berbekal pikiran itulah, Fanny Habibie memasuki Akademi Angkatan Laut (AAL) di Surabaya, dan lulus berpangkat letnan muda korps Pelaut (P) pada 1961. Ia kemudian mengikuti pendidikan Landing Force Training di Korps Marinir Amerika Serikat (United States Marine Corps/USMC) di Colorado, dan Instructure Course US Naval Training Centre di San Diego, Kalifornia. Berhenti dari TNI-AL, Fanny menjadi Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Laut, kemudian dipercaya Presiden Soeharto menempati posisi Duta Besar Berkuasa Penuh RI untuk Kerajaan Inggris dan Republik Irlandia berkedudukan di London. "Duta Besar di Inggris itu impian semua diplomat. Tapi, saya yang dipercaya untuk menjadi Duta Besar di sana," katanya. Empat tahun menjadi Duta Besar di Inggris, Fanny dipanggil pulang untuk menjadi Kepala Badan Otorita di Batam, ketika BJ Habibie menjadi Presiden. Namun, ia keesokan harinya mengundurkan diri dari jabatannya. "Ini untuk menghidari tuduhan KKN," katanya. Hal itu lantaran BJ Habibie adalah kakak kandungnya, sehingga Fanny menghindari tuduhan melakukan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN). Setelah itu, Fanny menjadi wakil rakyat di DPR lantaran bergabung dengan Partai Demokrat. Belum lama ini, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menugasinya kembali menjadi diplomat selaku Duta Besar RI di Belanda. "Mohon doa, besok saya bertolak ke Den Haag," katanya, saat bersalaman dengan para pemimpin redaksi media massa nasional yang hadir dalam Editors Club. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006