Makkah (ANTARA News) - Kota Makkah dipenuhi jamaah haji yang masih menggunakan pakaian Ihram baik perempuan maupun laki-laki pada Sabtu, mulai pagi (siang WIB), dan kemacetan terjadi di berbagai tempat terutama jalur antara Mina menuju Masjidil Haram.

Sebelumnya, Jumat, jutaan jamaah haji melakukan puncak haji di Padang Arafah sejak siang hingga matahari tenggelam. Setelah itu mereka bergerak ke Muzdalifah untuk bermalam dan mengambil batu untuk melempar jumrah di Mina.

Di Muzdalifah, banyak jamaah yang benar-benar menginap dan baru berangkat ke Mina sesudah sholat subuh.

Sebagian hanya sebentar di Mina (asal sudah melewati tengah malam) dan lalu ke Mina untuk melempar jumrah, karena jika melempar jumrah setelah subuh maka suasana sangat padat. Setelah melempar jumrah mereka ke Masjidil Haram untuk melakukan tawaf ifadah atau istrirahat dulu ke penginapan.

Ada pula yang dari Muzdalifah langsung ke Masjidil Haram untuk melakukan tawaf ifadah pada Sabtu dini hari, juga dengan alasan belum terlalu padat dan baru pada siang harinya menuju Mina untuk melempar jumrah. Namun demikian, suasana di Masjidil Haram pada Sabtu dini hari juga sudah padat baik oleh jamaah yang ingin melakukan ibadah sunah maupun oleh jamaah haji yang ingin tawah ifadah.

Hal ini membuat sejak Sabtu dini hari jalan-jalan ke Masjidl Haram dari dan ke Mina sudah macet parah. Bus-bus banyak yang parkir di pinggir jalam Makkah yang berbatasan dengan tempat melempar jumrah (Mina). Hal ini membuat jalan menjadi macet. Aparat kemananan setempat juga banyak mengalihkan alur kendaraan.

Ditambah banyak jamaah juga berjalan kaki dari Mina menuju Masjidil Haram atau ke penginapan karena jika menggunakan kendaraan malah diperkirakan akan lebih lambat. Jarak Mina ke Masjidil Haram ini sekitar delapan kilometer. Namun beberapa ruas jalan juga lancar karena memang arus kendaraan dialihkan. "Saya berjalan kaki setelah melempar jumrah," kata Kholis yang baru saja dari melempar jumrah dan ingin ke penginapan.

Di mana-mana ditemui jamaah dari berbagai bangsa di dunia yang masih menggunakan kain ihram dan terkadang dengan kepala plontos yang menandakan mereka sudah melakukan tahalul atau memotong/mencukur rambut sebagai tanda sudah melempar jumrah aqobah atau melaksanakan tawaf ifadah (ditambah sai).
Tidak sedikit pula jamaah yang tidur di pinggir jalan, taman dan trotoar, karena kelelahan. Bahkan ada pula yang membuka tenda-tenda kecil.

Jamaah yang berjalan kaki banyak terlihat di Jalan King Fahd yang terletak di depan Kantor Urusan Haji Indonesia Daerah Kerja Makkah. Jalan ini memang menghubungan jamarat (tempat melempar jumrah) ke Makkah.

Kondisi ini banyak dimanfaatkan oleh supir taksi untuk menerapkan tarif selangit. Sebagai contoh, biaya taksi dari Masjidil Haram ke Kantor Daker Makkah yang biasanya bisa 10 riyal (sekitar Rp31.000) /orang, kini dipatok 40-50 riyal.

Pewarta: Unggul Tri Ratomo
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2014