Mataram (ANTARA News) - Wilayah Nusa Tenggara Barat sering menjadi daerah transit para imigran gelap Timur Tengah yang hendak ke Australia dengan menggunakan perahu motor, demikian Direktur Reserse dan Kriminal (Direskrim) Polda NTB, Kombes Pol William Lameng di Mataram, Selasa.

"Sudah ada beberapa orang warga Timur Tengah yang ditangkap ketika hendak menyeberang ke Australia melalui Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, setelah lebih dulu memasuki wilayah NTB," ungkap William.

Selama 2008 Polda NTB didukung langsung Mabes Polri menangkap empat orang warga Timur Tengah dan Asia Tengah (Afganistan dan Irak) yang hendak menyeberang ke Australia setelah transit di wilayah NTB.

Oktober lalu, Polda NTB berhasil menggagalkan lebih dari 60 orang warga Timur Tengah yang ditengarai hendak menyeberang ke Australia, termasuk 43 orang yang ditangkap di Kabupaten Dompu, Pulau Sumbawa.

"Ada juga yang berhasil menyeberang ke Australia, jumlahnya diperkirakan 17 orang," ujarnya.

Menurut William, Polda terus berkoordinasi dan bekerjasama dengan polisi Australia (AFP) guna mencegah dan menangani imigran gelap asal Timur Tengah yang hendak menyeberang ke Australia setelah lebih dulu memasuki wilayah NTB.

Modus operandi penyeberangan ke Australia diawali dari wilayah NTB sebagai daerah transit karena NTB merupakan kawasan wisata yang banyak dikunjungi warga negara asing, dan setelah memasuki wilayah NTB, terutama Pulau Sumbawa, para imigran gelap menyeberang ke Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.

Pulau Rote adalah pulau paling selatan Indonesia yang relatif dekat dengan Benua Australia.

"Dari Pulau Rote mereka menuju perairan Australia hanya menggunakan perahu motor berukuran kecil agar dianggap nelayan tradisional," ujarnya.

Ketika tiba di perairan Australia, imigran gelap Timur Tengah itu menghancurkan perahunya dengan cara membakar agar terkesan terkena musibah.

"Para imigran gelap itu kemudian menciptakan kondisi seolah-olah terdampar di perairan Australia agar dapat memasuki wilayah negara itu dengan alasan kemanusiaan," terang William. (*)

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2009