Surabaya (ANTARA News) - Kalangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menyambut baik usulan dari Saifullah Yusuf (Gus Ipul), agar kiai NU yang selama ini mendukung PKB versi muktamar Surabaya kembali ke rumah lamanya di PPP. "Kalau para ulama itu kembali ke PPP, itu sama dengan kembali ke fitrah. Sudah menjadi kewajiban kami untuk menyambut baik para ulama itu. Kami jamin ulama akan `enjoy` berada di PPP," kata Ketua DPW PPP Jatim, Farid Alfauzi kepada ANTARA News di Surabaya, Sabtu. Saat bertemu sejumlah ulama "khosh" (utama) di Ponpes Al Falah, Ploso, Mojo, Kediri, Jatim, Sabtu dinihari, Gus Ipul mewacanakan kiai NU kembali PPP ketimbang membentuk partai baru. "Ada wacana sebaiknya ulama ini menengok kembali rumah lama (PPP). Entah itu cuma singgah sebentar atau selamanya," ujar Menteri Percepatan Pambangunan Daerah Tertinggal itu. Farid menilai, wacana dari Ipul itu merupakan usulan yang sangat bijak, agar para kiai yang sejak dulu memiliki jasa besar kepada PPP tidak terlalu lama terlibat dalam konflik berkepanjangan. "Para ulama itu merupakan pejuang di PPP. PPP merupakan partai Islam yang istiqomah (konsisten) dan sudah cukup lama ditinggalkan oleh beliau-beliau itu," papar anggota DPRD Jatim yang juga alumni ITS itu. Ia menegaskan bahwa ulama NU itu bukan orang lama dan juga bukan tamu di PPP. Para ulama adalah tuan rumah di PPP, sehingga PPP tidak menampakkan sikap sebagai tamu dengan tuan rumah untuk menyambut kehadiran mereka. "Bukan tuan rumah dengan tamu. Beliau-beliau itu juga tuan rumah, sehingga beliau bisa menjadi penentu bagaimana PPP ke depan. Kita atur bersama bagaimana PPP ini bisa menjadi besar. Mari kita tata atau `ramut` bersama," ujarnya. Ditanya apakah wacana Ipul itu sangat menguntungkan dirinya karena saat terpilih sebagai Ketua DPW PPP Jatim beberapa waktu lalu ?, ia bertekad untuk mengembalikan kebesaran PPP, khususnya dalam perolehan kursi di DPRD Jatim, ia tidak banyak berkomentar. "Itu sudah menjadi bagian dari sejarah PPP," ucap politisi muda asal Bangkalan, Madura itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006