Kupang (ANTARA News) - Dalam dua bulan terakhir ini, informasi dan aksi penculikan anak dengan cara diambil organ-organ tubuhnya oleh pelaku meresahkan warga di daerah perbatasan Indonesia-Timor Leste.

"Informasi adanya penculik anak tersebut meresahkan kami. Katanya, kalau ada anak yang diculik, akan dibunuh oleh pelaku, lalu organ tubuhnya diangkat untuk dijual lagi dengan harga mahal," kata Ema Nana, warga Dusun B, Desa Nian, Kecamatan Miomafo Tengah, Kabupaten TimorTengah Utara, senin.

Menurut dia, isu penculik anak yang oleh warga setempat disebut "Muskatele" itu tersebar dari Kabupaten dan Kota Kupang, sehingga belakangan sangat meresahkan bahkan mencekamkan lingkungan setempat.

"Apalagi saya yang telah mendapat pencobaan penculikan anak saya oleh gerombolan penculikan dengan menangkap lalu melarikan dengan kenderaan, namun diturunkan kembali karena dibuntuti warga yang melihat saat kejadian," katanya.

PNS pada Dinas Pertanian dan Perkebunana Kabupaten TTU itu berharap pihak aparat keamanan setempat harus memberi perlidungan kepada warga agar nyaman dan berusaha mencegah aksi brutal itu.

Pengakuan serupa (penculikan meresahkan) juga dikemukakan, Guido Nahak, warga Kabupaten Belu yang mengatakan telah mendapatkan peringatan aparat untuk waspada dengan terus memantau keberadaan anak-anaknya saat bermain.

"Banyak warga yang resah dengan informasi itu, baik lewat telepon maupun pesan pendek terkait informasi penculikan itu . Saya sudah teruskan SMS itu dan meminta keluarga untuk waspada," katanya.

Karena selain penculikan kepada warga perorangan, para penculik seperti diisukan akan menyamar memasuki halaman dan gedung-gedung sekolah, sehingga meminta pengawasan yang ketat terhadap murid-muridnya.

"Kami minta pihak sekolah mengawasi murid-muridnya, khususnya saat mereka pulang. Koordinasi dengan masing-masing kepala dusun juga dilakukan," ujarnya.

Sebelumnya Walikota Kupang, Jonas Salean meminta masyarakat Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mewaspadai informasi penculikan itu yang oleh warga Kota setempat disebut dengan orang potong kepala atau (OPK).

"Ini adalah isu yang dibuat oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan membuat resah masyarakat. Bisa jadi ini dikembangkan oleh kelompok yang suka mencuri dan akan memanfaatkan kesempatan jika masyarakat lengah," kata Salean di Kupang, Minggu (2/11).

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Desy Saputra
COPYRIGHT © ANTARA 2014