Jakarta (ANTARA News) - Industri permebelan dan kerajinan nasional berupaya melakukan efisiensi ongkos produksi guna mengurangi kerugian yang diprediksi akan terjadi sehubungan kenaikan harga bahan bakar minyak.

"Kami tidak bisa langsung menaikkan harga, terutama ekspor. Karena per 1 November biasanya kami menandatangani kontrak pembelian untuk satu tahun ke depan, dengan harga sebelum BBM naik," kata Ketua Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia Taufik Gani saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Menurut Taufik, harga bahan baku industri seperti kayu, rotan, paku, cap, sekrup dan bahan penunjang lain akan hingga 30 persen.

Taufik mengatakan, kenaikan harga BBM bisa menyebabkan industri mengalami kerugian sehingga terjadi pembatalan kontrak secara sepihak. Namun hal tersebut bisa diantisipasi dengan mengefisienkan ongkos produksi hingga 10 persen.

"Salah satu caranya adalah mengurangi ongkos produksi, karena untuk ekspor, keuntungan rata-rata hanya 30 persen, sementara dengan naiknya BBM bersubsidi, semua bahan baku dan bahan penunjang naik 30 persen," ujar Taufik.

Presiden Komisaris PT Kernel Indonesia Potential ini juga mengatakan, pada perusahaannya sendiri, efisiensi ongkos produksi dilakukan salah satunya dengan memperkecil kayu potong yang tidak terpakai.

"Biasanya, untuk penggunaan kayu itu ada yang terbuang hingga 5cm, sekarang kami usahakan maksimal hanya 2,5cm. Lalu pengecatan yang tadinya enam lapis, kami coba hanya lima lapis, kalau hasilnya tidak berbeda, akan kami lanjutkan," ujar Taufik.

Dengan demikian, lanjut Taufik, kontrak ekspor yang telah ditandatangani dapat berlanjut hingga November 2015, namun perusahaan tidak dapat mengambil keuntungan hingga kontrak selesai.

"Jadi, selama satu tahun kami tidak ada untung, meskipun ongkos untuk pekerja dan bahan baku bisa dibayar," ujar Taufik.

Taufik berharap, pengalihan anggaran subsidi BBM dapat mendukung dunia industri, sehingga bahan baku bisa menjadi lebih murah, terjadi revitalisasi permesinan dan izin usaha bisa dipermudah.

Diketahui, Presiden Joko Widodo mengumumkan pengalihan anggaran subsidi BBM akan diberlakukan sejak Selasa (18/11) pukul 00.00 WIB, yang secara otomatis menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp2.000 per liter.

Sehingga, harga premium naik menjadi Rp8.500 per liter dari Rp6.500 per liter dan solar menjadi Rp5.500 per liter dari Rp3.500 per liter.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT © ANTARA 2014