Manila (ANTARA News) - Presiden Filipina, Gloria Macapagal Arroyo, Kamis, mengisyaratkan keinginannya, agar Gregorio "Gringo" Honasan, mantan kolonel angkatan darat dan mantan senator yang ditangkap baru-baru ini, dipenjara lantaran diduga terlibat dalam sedikit-dikitnya dua kali usaha untuk menggulingkan pemimpin Filipina tersebut. Arroyo memuji militer dan polisi atas keberhasilan mereka menangkap Honasan pada Rabu (15/11), setelah ia bersembunyi selama sembilan bulan. "Rakyat sudah lelah dengan politik petualang, mereka berusaha mencari kesempatan untuk maju dalam suasana politik yang stabil. Kita harus menaruh ancaman kudeta dalam tong sampah sejarah, dan kita harus memasukan komplotan kudeta dalam penjara," katanya. Ia mengharapkan, tidak akan ada lagi upaya untuk menggangu stabilitas pemerintah menyusul tertangkapnya Honasan, yang bersembunyi setelah dituduh memimpin upaya kudeta yang gagal pada Februari 2006. Honasan juga diduga sebagai dalang pemberontakan pada Juli 2003, yang menguasai sebuah pusat perbelanjaan di kawasan bisnis Makati untuk menuntut pengunduran diri Arroyo, dan aksi tersebut melibatkan sekira 300 tentara. Namun, pensiunan kolonel yang kini berusia 58 tahun tersebut menolak tuduhan itu. Sebelumnya, Honasan juga memimpin kudeta berdarah untuk menggulingkan mantan presiden Corazon Aquino dari 1987 hingga 1989. Namun, ia berhasil lolos dari upaya penangkapan dan penuntutan hingga ia diberi amnesti pada 1992. Pada 1995, ia terpilih sebagai senator. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006