Jakarta (ANTARA News) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) sangat keberatan dengan kedatangan Presiden Amerika Serikat, George W Bush, yang dinilai tangannya penuh lumuran darah melalui kebijakannya menduduki Irak dan membunuh 650.000 rakyat tidak berdosa, termasuk perempuan dan anak-anak. Wakil Ketua Umum MUI, Din Syamsuddin, melalui pesan singkatnya yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat, mengatakan Bush juga harus bertanggung atas infrastruktur umat Islam, seperti mesjid dan madrasah, yang terganggu akibat pendudukan tersebut dan terjadinya perpecahan umat. MUI dalam pernyataan resmi yang ditandatangani oleh Ketua Umum MUI, Sahal Mahfudz, dan Sekum MUI, Ichwan Sam, meminta kepada pemerintah untuk menyampaikan aspirasi umat Islam itu. "Jadi tidak benar kalau MUI menerima begitu saja kedatangan Bush seperti yang diberitakan sejumlah media," kata Din yang sedang berada di Kuala Lumpur, Malaysia. Dikatakannya, meski dirinya tidak ikut membahas pernyataan resmi itu, tetapi dia menilai itulah aspirasi umat yang riil yang memang harus disuarakan dan diperjuangkan oleh MUI. Presiden Bush direncanakan akan berkunjung ke Indonesia pada 20 November 2006 dan seremoni penerimaannya akan dilaksanakan di Istana Kepresidenan di Bogor. Menjelang kedatangan Bush muncul reaksi penolakan tidak hanya di Bogor, tetapi juga di kota-kota besar di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Aksi penolakan terhadap Bush pada sejumlah kunjungan kenegaraannya tidak hanya terjadi di negara yang berpenduduk Muslim, tetapi juga di sejumlah negara di Amerika Latin, Eropa dan Asia yang berpenduduk mayoritas non-Muslim. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006