Banda Aceh (ANTARA News) - Ribuan warga Kota Banda Aceh dan sekitarnya panik pasca gempa bumi berkekuatan 5,6 pada Skala Richter (SR) menguncang wilayah itu Sabtu (18/11) malam. ANTARA News di Banda Aceh, melaporkan, ribuan orang terutama yang berada di pesisir Kota Banda Aceh, seperti kawasan Lamdingin, Lambaro Skep dan Alue Naga, berhamburan ke luar rumah dan sebagian di antaranya berlarian mencari daerah dataran tinggi. Kepala stasiun Geofika pada Badan Meteologi dan Geofisikasi (BMG) Mata Ie, Aceh Besar, Syahnan menjelaskan, gempa bumi pada 5,6 SR itu menguncang dirasakan warga Banda Aceh dan sekitarnya selama beberapa detik pada pukul 20.55 WIB. Dijelaskan, gempa berkedalaman 52 kilometer yang berpusat di 67 kilometer sebelah barat daya Kota Banda Aceh itu di koordinat 5,08 lintang utara (LU) atau 4,94 bujur timur (BT). Gempa pada malam hari itu dirasakan antara III sampai dengan IV MMI. Syahnan menjelaskan dari hasil pemantauan, gempa tersebut tidak menimbulkan tsunami. "Dari informasi yang kita peroleh dari para pemuka masyarakat pesisir, tidak ada perubahan permukaan air laut saat gempa terjadi," jelasnya. Meski demikian, ia mengakui adanya kepanikan masyarakat pasca gempa yang mengkhawatirkan terjadinya tusnami. Dari pantauan, jalan utama seperti jalan T Hasan Dek, Beurawe, Kota Banda Aceh, terlihat kemacetan kendaran bermotor yang ditumpangi masyarakat yang kediamannya berada dipinggir pantai. Akan tetapi, sebagian warga Ulee Lhue yang merupakan salah satu kawasan terparah dilanda tsunami 26 Desember 2004, tetap bertahan di rumahnya masing-masing. "Kami masih berada di rumah. Insya Allah, air laut masih normal," kata Nurmala, janda korban tsunami Ulee Lheu. Warga mengaku panik karena trauma atas terulangnya peristiwa yang pernah mereka alami ketika gempa berkekuatan 8,9 SR menguncang Aceh dan disertai tsunami pada 26 Desember 2004. "Saya khawatir dan masih trauma dengan peristiwa tsunami dua tahun lalu. Karenanya, kami terus mencari daerah yang lebih aman," kata Usman, warga kawasan Lamdingin. Masyarakat dari desa-desa eks tsunami itu mengungsi sementara dengan membawa perbekalan apa adanya ke kawasan Lambaro dan Ulee Kareng, Aceh Besar. Gempa dan tsunami 26 Desember 2004, menelan korban jiwa lebih 200 ribu penduduk di 13 kabupaten/kota di provinsi ujung paling barat Indonesia itu meninggal dunia dan hilang, selain meratakan pemukiman penduduk serta fasilitas umum.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006