Manila (ANTARA News) - Sejumlah 30 perwira, termasuk dua jenderal akan diadili di sebuah pengadilan militer karena dituduh memimpin satu kudeta yang gagal terhadap Presiden Gloria Arroyo, kata panglima angkatan bersenjata, Senin. Tuduhan utama adalah pemberontakan, yang jika terbukti bisa dijatuhi hukuman mati sesuai dengan undang-undang militer. Delapan perwira lainnya yang sebelumnya dituduh terlibat dalam persekongkolan itu telah dibebaskan, setelah pemeriksaan awal menunjukkan tidak cukup bukti keterlibatan mereka, kata Jenderal Hermogenes Esperon kepada wartawan. Mereka yang dituduh melanggar Hukum Militer termasuk mantan Panglima Marinir Filipina Mayjen Renato Miranda dan Kolonel Ariel Querubin dan sembilan anggota Marinir lainnya, dan komandan "Army Scout Ranger" Brigjen Danilo Lim dan 18 perwira infantri lainnya. "Tujuan dari sidang pengadilan militer ini adalah untuk memmeriksa apakah cukup bukti untuk menahan" mereka, kata Esperon. Akan tapi tidak cukup bukti untuk menahan delapa perwira lainnya dan "atas nama keadilsan , saya karena itu mencabut semua tuiduhan terhadap mereka dan menempatkan kembali mereka pada tugas penuh," kata Esperon. Para perwira itu dituduh terlibat dalam satu komplotan untuk menggulingkan Arroyo Februari lalu. Arroyo mrmberlakukan keadaan darurat di Filipina untuk menindak para pelaku kudeta itu. Dua jenderal itu juga menghadapi dua tuduhan pemberntakan terpisah di pengadilan sipil. Di antara bukti-bukti penting adalah sebuah pesan yang direkam yang disiapkan oleh Jenderal Lim di mana ia mengatakan telah mendengar imbauan kepada semua perwira untuk menarik dukungan mereka pada Arroyo karena diduga terlibat korupsi dan melakukan kecurangan dalam pemilu. Rekaman video itu tidak pernah disiarkan di televisi karena Arroyo segera menumpas pemberontakan itu. Komplotan itu menyusul tuduhan-tuduhan tahun lalu bahwa Arroyo melakukan kecurangan dan menggunakan militer untuk meraih kemenangan dalam pemilihan presiden tahun 2004. Ia sejak itu berhasil terhindar dari dua usaha gugatan terhadapnya di Kongres. Pengumuman pengadilan militer itu dibuat beberapa hari setelah mantan Senator dan mantan kolonel Gregorio Honasan ditangkap setelah sembilan bulan buron. Honasan termasuk diantara lebih dari 50 warga sipil dan angota oposisi yang dituduh terlibat dalam komplotan itu, dan diperkirakan memiliki peran penting dalam menggoyahkan pemerintah, AFP melaporkan.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006