Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) meningkatkan kapasitas kilang pengolahan minyak mentah menjadi BBM dari saat ini 820.000 menjadi 1,68 juta barel perhari atau naik sekitar 100 persen pada 2018-2019.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto, usai penandatanganan nota kesepahaman peningkatan kapasitas kilang di Jakarta, Rabu mengatakan, peningkatan kapasitas kilang tersebut merupakan upaya mencapai kemandirian energi.

"Peningkatan kapasitas kilang ini dan ditambah pembangunan kilang baru akan menutupi gap kebutuhan BBM yang ada," katanya.

Proyek peningkatan kapasitas kilang atau disebut Rencana Induk Pembangunan Pengilangan (RDMP) itu dilakukan di lima kilang pengolahan dengan perkiraan nilai investasi sekitar 25 miliar dolar Amerika Serikat.

Penandatanganan nota kesepahaman itu dilakukan PT Pertamina dengan tiga perusahaan migas kelas dunia.

Perusahaan tersebut adalah Saudi Aramco (Arab Saudi) untuk meningkatkan kapasitas di tiga kilang yakni Dumai (Riau), Cilacap (Jawa Tengah), dan Balongan (Jawa Barat)

Lalu, Sinopec (China) untuk kilang di Plaju (Sumatera Selatan) dan JX Nippon Oil & Energy di Kilang Balikpapan, Kalimantan Timur.

Direktur Pengolahan PT Pertamina, Rahmad Hardadi, menambahkan, saat ini, kebutuhan BBM mencapai 1,5 juta barel perhari, sementara produksi kilang hanya 800.000 barel perhari.

Dengan pertumbuhan konsumsi sekitar enam persen per tahun, lanjutnya, maka diharapkan proyek RDMP dan ditambah pembangunan kilang baru akan mencukupi kebutuhan BBM pada 2018-2019.

"RDMP dan proyek kilang baru akan dilakukan secara simultan," ujarnya. Dia juga mengatakan, pihaknya dalam kondisi siaga satu agar kilang selesai 2018-2019.

"Kilang diupayakan selesai empat tahun dengan prioritas Cilacap, Balongan, dan Balikpapan," katanya.

Proses seleksi mitra kilang sudah dimulai Pertamina sejak Maret 2014 berupa penjaringan awal dengan terpilih 30 perusahaan dari sekitar 400 perusahaan yang dipertimbangkan.

Pada Juni 2014, pada tahap penerimaan request for information diperoleh 13 perusahaan.

Lalu, tanggapan RFI dan peninjauan, tinggal enam perusahaan yakni Aramco, PTT, Sinopec, JX Nippon, SK Corporation, dan Kuwait Petroleum Corporation (KPC). Terakhir, pada tahap due dillegence didapat Aramco, Sinopec, dan JX Nippon.

Ditargetkan penandatanganan pokok-pokok perjanjian dengan ketiga mitra pada kuartal pertama 2015. Lalu, menyelesaikan rancangan rekayasa dasar, rancangan rekayasa akhir, pendirian perusahaan patungan hingga keputusan investasi akhir pada 2016.

Tahapan berikutnya adalah penyeleksian kontraktor hingga pelaksanaan penentuan rekayasa dan konstruksi dengan target selesai 2018-2019.

Kilang akan menghasilkan produk BBM dengan spesifikasi Euro IV yang mengandung sulfur dan emisi berstandar dunia.

Dengan RDMP, kapasitas kilang di Dumai naik dari 140.000 menjadi 300.000 perhari, Plaju dari 90.000 menjadi 300.000, Cilacap dari 270.000 jadi 370.000, Balikpapan dari 220.000 jadi 360.000, dan Balongan dari 100.000 menjadi 350.000 barel perhari.

Produksi premium akan meningkat sebanyak 3,3 kali lipat dari 190.000 menjadi 630.000 barel perhari, diesel naik 2,4 kali dari 320.000 menjadi 770.000 barel perhari, dan avtur dari 50.000 menjadi 120.000 barel perhari.

Selain BBM, produk petrokimia seperti propilen dan polipropilen naik 9,5 kali dari 200.000 ton menjadi 1,89 juta ton per tahun.

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2014