Jakarta (ANTARA News) - Setelah kalah telak 0-6 dari Irak pada pertandingan pertama, tim nasional U-23 Indonesia kembali menelan kekalahan pada pertandingan kedua di Stadion Al-Ahli, Doha, Selasa, kali ini dengan skor 1-4 dari Suriah. Kekalahan tersebut praktis menutup peluang Timnas Indonesia untuk melaju ke putaran kedua kompetisi sepakbola AG 2006, karena hanya juara grup dan runner-up terbaik yang bisa lolos ke babak berikutnya. Panitia penyelenggara memutuskan untuk meloloskan juga runner-up terbaik setelah timnas Turkmenistan, yang seharusnya langsung ke putaran kedua dan tergabung dalam Grup F, mengundurkan diri. Seperti pada pertandingan pertama melawan Irak, Timnas U-23 asuhan pelatih Belanda, Foppe de Haan, itu juga mengakhiri pertandingan dengan hanya sembilan pemain setelah Fandy Mochtar dan Zulkifli Syukur mendapat kartu merah. "Lagi-lagi masalah mental bertanding anak-anak yang masih kurang. Memang sulit untuk membangun mental, butuh waktu yang lama," kata Asisten Pelatih Timnas U-23, Bambang Nurdiansyah, saat dihubungi melalui telepon internasional di Doha. Namun demikian, Bambang masih melihat sisi positif dari kekalahan telak tersebut. "Secara umum mereka bermain lebih baik dibandingkan saat melawan Irak. Tetapi gol pertama itu begitu cepat terjadi sehingga anak-anak langsung 'down'," jelasnya. "Pada babak kedua permainan anak-anak mulai meningkat, sehingga berhasil mencetak gol. Tetapi saat itu kami telah kehilangan satu pemain akibat kebiasaan buruk bermain keras di Liga Indonesia yang sulit dihilangkan," papar Bambang. Dalam 16 menit pertama, gawang Timnas U-23 sudah kebobolan tiga gol. Penyerang Suriah, Abdulfattah Alaga, membuka skor pada menit kedua melalui sundulannya dan delapan menit kemudian ia kembali mencetak gol. Kedua gol berawal dari bola mati -- tendangan penjuru dan tendangan bebas -- yang dilayangkan kapten Suriah, Maher Al Said. Pada menit ke-16, setelah memberi dua assist, giliran Al Said yang mencetak gol. Tendangan keras kaki kanannya dari jarak sembilan meter tidak bisa ditahan oleh penjaga gawang Indonesia. Kebiasaan menjegal serampangan seperti yang kerap disaksikan di Liga Indonesia rupanya tidak hilang dari para pemain muda itu. Akibatnya, wasit langsung memberi kartu merah kepada bek tengah Fandy Mochtar pada menit ke-32 ketika ia menekel pemain Suriah. Skor 3-0 bertahan hingga babak pertama usai. Mengawali babak kedua, Indonesia yang sadar peluangnya telah tertutup, bermain lebih hidup dan akhirnya terjadi sebuah gol yang sedikit menyelamatkan muka Merah Putih. Striker Gherry Nugraha berhasil menjebol gawang kiper Suriah, Mowssab Balhows setelah menerima umpan silang dari Tony Sucipto. Namun dua menit sebelum pertandingan usai, kedudukan berubah menjadi 4-1. Kali ini giliran striker Mohammed Alhamwi yang menjebol gawang Indonesia. Satu menit sebelum wasit meniup peluit panjang, Indonesia kehilangan satu pemain lagi setelah bek Zulkifli Syukur diusir wasit. "Kekalahan ini memang menyakitkan, tetapi kami tetap bertekad untuk memperoleh hasil positif saat menghadapi Singapura pada pertandingan terakhir," kata Bambang Nurdiansyah. Sementara itu, pengamat sepakbola dan mantan pelatih tim nasional Indonesia, Sinyo Aliandoe, meminta agar dua kekalahan telak tersebut menjadi peringatan akan pentingnya kompetisi teratur dan sehat. "Mereka bilang masalahnya adalah mental pemain. Hanya kompetisi yang sehat yang bisa menempa mental pemain, bukan Pelatnas jangka panjang. Teknik bermain yang tinggi akan percuma tanpa mental yang baik," tegas Sinyo. Indonesia akan menghadapi Singapura pada pertandingan terakhir Grup B, Jumat (24/11). (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006