Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Periode 2003-2005 Hasanuddin, mengatakan, apa yang dikatakan Presiden Yudhoyono kepada George W Bush soal tawaran "ikut campur" mengatasi krisis di sana, sebenarnya tidak lebih dari sekedar lipstik diplomatik saja. "Semua itu tidak akan ada yang bisa diimplementasikan, dan memang bukan (penting) untuk diimplementasikan," kata Hasanuddin, di Jakarta, Rabu. Dia mengatakan, percuma menganalisis apakah ada kepentingan strategis yang bermanfaat bagi negara Republik Indonesia dari percakapan dua kepala negara itu. "Saya kira Presiden Yudhoyono tahu persis apa yang dia ucapkan, dan mengetahui persis bahwa Bush ini tukang ngibul sejagat. Jadi tidak apa-apa juga kalau sekali-kali ada yang membohongi Bush," katanya. Namun menurut dia, Bush juga berbuat hal yang sama dan tidak menganggap penting apa yang diomongkan Susilo Bambang Yudhoyono. "Toh yang dia perlukan dari Indonesia hanya sebatas `image", bahwa presiden negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia masih dalam kendali dia, di samping untuk keperluan politik dalam negerinya sendiri, agar suara umat Islam jangan meninggalkan Partai Republik, juga agar memperoleh dukungan untuk mempertahankan pasukannya di Irak, karena kubu Partai Demokrat dipastikan akan melawan kebijakan Bush mempertahankan pasukannya di Irak. Inilah yang dimaksud dengan soft power," jelas Hasanuddin panjang lebar dan semakin serius. Sebaliknya, menurut Hasannudin, SBY juga butuh image, dia dekat dengan Bush. Ini penting, supaya posisi "bargaining" dia di kawasan ini lebih kuat. Mengenai perlu tidaknya penjelasan ihwal pernyataan Presiden Yudhoyono itu ke parlemen, Hasanuddin berpendapat, tentu saja dalam konteks bernegara, presiden harus memberikan penjelasan yang benar, cukup dan memadai kepada DPR. Setidaknya kalau itu dilakukan, akan semakin menambah kebanggaan Bush. Sebab, bagaimana pun, kehadiran SBY di DPR hanya untuk memberikan penjelasan soal-soal sepele itu, yang akan memunculkan image politik kuat, dirinya benar-benar serius mewujudkan janjinya kepada Bush. "Karena itu, baiknya DPR `memaklumi` sajalah. Ketika DPR berkeras memanggil SBY, itu justru menguntungkan SBY. Sebab, Bush akan yakin, kalau SBY benar-benar menjalankan janji-janjinya,? analisis Hasanuddin.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006