Jakarta (ANTARA News) - Dunia Islam dan Barat harus saling berdialog untuk menghilangkan stereotipe negatif diantara mereka yang saat ini seringkali menjadi isu utama dunia. "Dialog merupakan jembatan antar keyakinan, kebudayaan serta peradaban," kata Hassan Wirayuda, Menteri Luar Negeri, ketika membuka Konferensi Internasional yang bertajuk "Challenging Stereotypes in Europe and the Islamic World" di Jakarta, Rabu. Menurut dia, dialog antara kedua peradaban tersebut merupakan kesempatan berharga untuk menghilangkan stereotipe negatif pada masing-masing kalangan, baik Barat maupun Islam. "Setelah peristiwa 11 September yang lalu, dunia bergolak dan berakibat Barat mengecap Islam sebagai teroris serta sebaliknya terjadi pergerakan anti Barat di banyak dunia Islam," katanya. Wirayuda mengatakan dialog ini tidak hanya dilakukan pada tingkat atas, tetapi juga harus terjadi pada tingkat bawah. "Grass root level merupakan lapisan yang paling penting untuk diperhatikan karena pada level ini perpecahan dan kerusuhan amat mudah terjadi," katanya. Sementara itu, Syafi`i Anwar, Direktur Eksekutif International Center for Islam and Pluralism (ICIP) mengatakan, hubungan Barat dan Islam selama ini tidak begitu baik sesudah peristiwa 11 September ditambah kasus lainnya, seperti kasus Palestina dan Irak. "Jika kita pernah mendengar mengenai tesis `clash of civilazation`, kita harus meyakini bahwa tesis itu adalah sebuah mitos," ujarnya. Syafi`i mengatakan, ruang untuk berdialog dan bertukar pikiran ataupun mengadakan aksi bersama adalah sebuah kesempatan baik untuk mewujudkan harapan bahwa perpecahan peradaban itu hanya sebuah mitos belaka.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006