Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pangi Syarwi Chaniago menilai elektabilitas Wakil Gubernur Jakarta Djarot Syaiful Hidayat bisa mengalahkan Gubernur Jakarta Basuki Tjahja Purnama atau Ahok karena kebijakannya yang menimbulkan empati publik.

"Forecasting (perkiraan,red) saya, Djarot bisa menenggelamkan elektabilitas Ahok apalagi kalau Djarot bisa menciptakan empati publik dan mulai disayangi warga Jakarta," kata Pangi melalui pesan Blackberry di Jakarta, Selasa.

Dia menilai Djarot bisa mengambil empati publik dengan kebijakan terbarunya yaitu menolak mobil dinas Lexus dan memilih lima sepeda motor untuk blusukan karena alasan kemacetan di Jakarta.

Pangi mengatakan PDI Perjuangan pintar dan cerdas membaca momentum politik 2017 dalam pemilihan gubernur DKI dan bukan tidak mungkin Djarot dipersiapkan untuk calon gubernur DKI 2017.

"PDI-P sah-sah saja menyiapkan Djarot untuk pilgub Jakarta 2017, partai tersebut tahu bahwa Djarot adalah figur yang memiliki prestasi ketika menjabat wali kota Blitar selama dua periode dan pernah menjabat anggota DPRD Jawa Timur dan anggota DPR RI periode 2014-2019," ujarnya.

Menurut dia, bukan tidak mungkin popularitas Djarot bisa cemerlang di tahun 2015-2017 sebagai modal investasi politik bertarung dalam pilgub DKI Jakarta.

Dia mengatakan waktu dua tahun adalah waktu yang cukup untuk kampanye politik Djarot sehingga bukan tidak mungkin Ahok mulai khawatir dengan sepak terjang Djarot.

"PDI-P tahu elektibilitas Ahok tinggi, namun belum tentu dipilih kembali kalau kebijakan politiknya banyak yang kontroversial dan tidak mampu menunaikan janji politiknya," katanya.

Pangi mengatakan tidak mungkin ada dua "matahari" di DKI Jakarta sehingga apabila Djarot punya prestasi, komitmen dan integritas yang kuat, maka Ahok bisa saja gagal uji pasar hasil survei pemilu mendatang.

Hal itu menurut dia karena berubahnya perilaku segmentasi pasar yang mulai bergeser jatuh hati ke produk baru yaitu Djarot.

"Djarot harus punya perbedaan yang bisa membuatnya berbeda jauh dengan Ahok. Penolakan mobil dinas paling tidak bukti Djarot punya sensifitas politik yang matang, mengerti betul perilaku pasar apa yang disukai publik dan yang tidak disukai masyarakat," ujarnya.

Menurut dia, PDI-P tentu saja akan mengajukan calon gubernur DKI Jakarta di 2017 yang lolos uji pasar dan figur tersebut bisa saja itu Ahok atau Djarot.

Dia menilai memastikan elektabilitas dan aksesibilitas Ahok boleh jadi sudah klimaks, sementara Djarot belum sampai pada titik klimaks.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT © ANTARA 2014