Jakarta (ANTARA News) - Dunia Barat khususnya Eropa menghadapi sebuah ketakutan terhadap dunia Islam atau Islamophobia karena beberapa faktor, salah satunya adalah media, prasangka serta stereotipe yang melingkupi citra dunia Islam di Barat. "Sebenarnya ada faktor-faktor lain yang menyebabkan ketakutan itu di masyarakat Barat, tetapi prasangka, dan stereotipe yang disebarkan oleh media adalah faktor yang paling penting," kata Ahmed Akar, Poduser Kebudayaan Pusat Kebudayaan Internasional Caisa Helsinki Finlandia, Kamis. Ketika berbicara dalam Konferensi Internasional "Challenging Stereotypes in Europe and the Islamic World: Working Together for Constructive Policies and Partnership di Jakarta, ia menambahkan bahwa masyarakat Eropa termasuk pemerintahnya telah gagal mengakomodasi kebutuhan komunitas Muslim mereka. "Hal ini berakibat amat sulit bagi komunitas Muslim untuk melakukan integrasi menyeluruh ke dalam masyarakat Eropa," katanya. Dijelaskannya bahwa di Eropa, masyarakat Muslim sering dilihat sebagai kelompok homogen dan tidak mau bekerjasama serta berintegrasi dalam masyarakat. "Masyarakat Barat sering melihat Islam dengan penuh kecurigaan, agama kaum imigran dan sering diperlakukan tidak setara dengan masyarakat lainnya," ujar dia. Barat dan media Eropa, kata Akar, seringkali tidak tertarik kepada kondisi nyata dunia Islam. "Media lebih tertarik pada sisi-sisi yang sensasional, seperti memberi cap kepada masyarakat Islam karena kebanyakan dari mereka berasal dari kalangan miskin sebagai kriminal," katanya. Sementara itu, Michael Pivot, divisi Kampanye pada Jaringan Eropa Melawan Rasisme Belgia, mengatakan permasalahan utama yang dihadapi oleh masyarakat Islam di Eropa adalah keterbatasan mereka terhadap berbagai macam akses yang dapat mendukung kesejahteraan hidup mereka. "Kebanyakan masyarakat Islam yang datang ke Eropa adalah masyarakat dari golongan menengah ke bawah, sehingga mereka sulit menggapai akses kesehatan, perumahan, pendidikan serta akses dapat mendapatkan pelayanan jasa," katanya. Kondisi itulah, menurut Pivot, yang membuat banyak kaum Muslim dari usia menengah serta kaum mudanya menjadi frustasi. "Mereka tidak banyak memperoleh pencapaian yang tinggi dalam hidupnya, apalagi sekarang ini masyarakat Eropa berinvestasi pada pekerjaan yang layak, serta dunia industri yang begitu kompetitif," ujarnya. Selain masalah ekonomi, kata dia, masyarakat Islam juga mengalami masalah identitas kultural. "Di Eropa masyarakat Muslim menghadapi stereotipe negatif yang membuat mereka seringkali tidak bebas mengekspresikan budaya dan ajaran Islam mereka seperti pada ajaran halal dan haram," katanya Upaya untuk mengubah prasangka dan stereotipe di kalangan masyarakat Eropa terhadap dunia Islam merupakan tantangan yang sekarang ini dihadapi dunia, kata dia. "Pada akhirnya diharapkan integrasi yang menyeluruh diantara dua masyarakat itu dapat terjadi," tambahnya. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda mengatakan bahwa dunia Islam dan Barat harus saling berdialog untuk menghilangkan stereotipe negatif diantara mereka yang saat ini seringkali menjadi isu utama dunia. "Dialog merupakan jembatan antar keyakinan, kebudayaan serta peradaban," kata Hassan Wirayuda saat menjadi pembicara kunci pada acara itu. Menurut dia, setelah peristiwa 11 September, dunia bergolak dan Barat mengecap Islam sebagai teroris yang berujung pada maraknya pergerakan anti Barat di banyak dunia Islam. Wirayuda mengatakan dialog itu tidak hanya dilakukan pada tingkat atas, tetapi juga harus terjadi pada tingkat akar rumput karena pada tingkat itu perpecahan dan kerusuhan amat mudah terjadi.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006