Doha (ANTARA News) - "Keif Khaalak?' From Indonesia", diucapkan beberapa orang dengan tubuh besar, berjenggot tebal, mengenakan pakaian putih hingga menutup kaki serta sorban putih di kepala, menyambut beberapa wartawan Ibukota yang mendarat di Bandara Internasional Doha, Sabtu (25/11). "Apa kabar' Dari Indonesia' Wa'alaykum salaam," diungkapkan utusan panitia Asian Games Doha (DAGOC) itu membalas salam tamunya, sembari menyerahkan seikat bunga kepada tiap tamu yang memasuki pelataran Bandara. Ketika pesawat Airbus berbadan lebar milik penerbangan Uni Emirat Arab, Etihad, mendarat di Bandara Doha, sebenarnya hari sudah larut malam, sekitar pukul 23:00 waktu setempat (pukul 03:00 WIB). Pesawat itu merupakan pengganti Boeing 707 dari Soekarno-Hatta ke Abu Dhabi dengan perjalanan 8,5 jam dan penumpang yang menuju Doha menunggu sekitar satu jam di Bandara Abu Dhabi sebelum melanjutkan penerbangan hampir sejam ke Doha. Ketika pesawat mendarat di Bandara Doha, pramugari mengumumkan agar tamu Asian Games tetap tinggal di dalam pesawat, karena ada panitia yang akan menjemput dan tidak berapa lama kemudian seorang sekuriti Bandara meminta agar tamu Asian Games turun (malam itu hanya empat orang). Keempat tamu menaiki bis Bandara ukuran besar dan membawa tamu ke pintu (gate) yang berbeda dengan tamu biasa (regular) dan begitu menginjakkan kaki ke areal kawasan penerimaan tamu Asian Games, diserahkanlah bunga dengan ucapan seperti judul tulisan ini. Di Bandara sempat tertahan beberapa waktu, karena seorang rekan hanya dicantumkan satu kata nama pada paspornya, sementara rekan lain menggunakan paspor biru ketika keluar dari Jakarta, padahal nomor paspor hijau yang dikirim kepada DAGOC dua bulan lalu. Begitu kira-kira sepenggal gambaran betapa Doha amat ingin memberikan kesan pada para tamu mereka, karena tiga koper yang dibawa rekan wartawan pun, panitia yang mengurus mengambilkannya dan koper itu tidak dibuka saat melewati batas pabean (imigrasi), sehingga selamatlah rendang, sambal teri, dan mi instant yang dibawa. Dua hari sebelumnya, kantor berita transnasional memberitakan bahwa bahan makanan tim sepakbola Thailand, mulai dari daging sapi hingga sambal dan bahan penganan lainnya, ditahan di Bandara dan tidak diperkenankan dibawa tim itu ke perkampungan atlet. Doha masih "bersolek" Doha seperti "bersim-salabim" membangun diri, sehingga seorang supir taksi terheran-heran ketika melewati satu kawasan yang sudah mulus, padahal beberapa hari sebelumnya ia lewat di situ masih "semrawut". "Bahkan bunga-bunga pun sudah dengan begitu indah menghiasi median (tengah jalan), beberapa hari lalu saya lewat di sini masih belum ada," kata pengemudi taksi dengan pakaian dan wajah perlente itu, yang jelas bukan penduduk setempat. Tetapi Doha masih "bersolek", berarti belum cukup indah atau belum pantas dipatut-patut kepada tamu, atau misalnya gadis pingitan belumlah sedap dihadapkan kepada calon suaminya atau kepada pria yang ingin meminangnya. Ketika mengamati Doha Minggu (26/11), ketika hujan, lembab, dan temperatur cukup dingin antara 20-26 derajat Celsius menerpa kota tepi pantai itu, para pekerja kasar tetap sibuk melakukan kegiatan bekerja di tepi jalan, di taman, di gedung bertingkat serta masih memasok beragam keperluan yang akan digunakan di pusat pelayanan media (MPC=main press centre). Qatar, dengan penduduk asli hanya ratusan ribu dan hanya beberapa juta ditambah pendatang yang banyak mendambakan dolar di negara kaya minyak dan gas itu, menggunakan uangnya untuk membuka mata dunia mengarah ke negara sekecil Jawa Barat itu. Ratusan petugas mancanegara yang ahli di bidangnya,-- di luar sekitar 30 ribu sukarelawan dari berbagai negara, -- didatangkan ke Doha dan bertugas mulai dari segi teknis di media center hingga mengatur ribuan bus baru yang akan digunakan oleh para atlet, ofisial, dan media selama berlangsung perlombaan 1-15 Desember. Sekitar 3.000 unit taksi yang didominasi kalangan kerajaan, menjelang pembukaan Asian Games hanya sekitar 400 taksi yang beroperasi, karena pengemudinya dialihkan ke bidang lain, yaitu membawa berbagai kendaraan yang dibutuhkan para tamu, yang mencapai 15.000 orang (atlet dan ofisial). Kantor berita transnasional memberitakan, bahkan beberapa negara Teluk pun menggunakan uang mereka yang "melimpah" untuk membeli atlet, termasuk satu negara yang membeli delapan atlet angkat besi dan di beberapa negara sekaligus mengalihkan kewargaan negara mereka dan mengganti namanya. MPC DAGOC 2006 pun sudah sekelas pesta olahraga dunia Olimpiade, baik ruangan, prasarana teknis, dan nonteknis, yang SDM nya dibantu tenaga dari para ahli yang pernah bekerja di Olimpiade Athena serta dari China yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade dua tahun mendatang. Doha masih "bersolek", biarlah karena upacara pembukaan pun masih beberapa hari lagi dan keberhasilan event itu tidak diukur dengan keindahan bentuk luar sarana dan prasarana pertandingan, tetapi seberapa jauh para atlet sukses meningkatkan mutu Asia dan dunia mereka. Bagi Indonesia, yang hanya mempertahankan raihan empat medali emas, sama dengan empat tahun lalu di Busan, Korea Selatan, sementara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono disebut-sebut akan datang ke Doha memberi semangat juang kepada para atlet, acara Asian Games hanyalah menoreh ingatan lama saat Jakarta menjadi tuan rumah pada 1962. Kapan peringkat kita naik dan kapan menjadi tuan rumah lagi? "Sabah an noor," semoga hari-hari atlet Indonesia bercahaya di Doha. (*)

Oleh Oleh AR Lubis
COPYRIGHT © ANTARA 2006