Pangkalan Bun (ANTARA News) - Direktur Operasional Basarnas, Marsekal Pertama SB Supriyadi, mengatakan penyelaman untuk memastikan keberadaan kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501 masih terkendala arus bawah laut yang kuat.

"Kapal Baruna Jaya I, Geosurvey, KN Pacitan, dan Java Imperia merapat ke lokasi (diduga terdapat kotak hitam). Namun hingga jam satu siang masih nihil, kecepatan arus lima knots, jadi menyulitkan penyelam," kata Supriyadi di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah (Kalteng), Minggu.

Penyelaman telah disiapkan dalam dua gelombang namun kondisi arus di bawah air laut tidak memungkinkan. Penyelam, menurut dia, kesulitan melakukan manuver di kedalaman 30 meter.

Penyelaman, menurut dia, memang rencananya dilanjutkan pada sore hari jika cuaca baik. Jika ternyata buruk akan dilanjutkan esok hari.

Menurut dia, kapal riset Baruna Jaya I memang menangkap dua sinyal PING yang berbeda.

"Mungkin satu dari FDR (Flight Data Recorder-red) dan satu dari CVR (Cockpit Voice Recorder-red). Mudah-mudahan berdekatan," katanya.

Sebelumnya Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi dan Pengembangan Sumberdaya Alam Ridwan Djamaluddin dalam keterangannya mengatakan temuan signal oleh Baruna Jaya I berada sekitar 4 km dari area temuan ekor pesawat AirAsia QZ 8501.

Ia menduga kuat obyek tersebut adalah kotak hitam yang tengah menjadi fokus pencarian tim SAR gabungan. Saat ini, ada tiga Kapal Survei yang dikoordinasikan Basarnas yang tengah melakukan verifikasi terhadap dugaan obyek kotak hitam tersebut.

"Mudah-mudahan tidak salah. Karena tiga alat dari tiga kapal, ketika memanggil, pingnya menjawab dari kotak hitam," katanya.

Sementara itu Penanggung Jawab Puskodal Operasi Baruna Jaya I BPPT Imam Mudita mengatakan dugaan obyek tersebut berada sekira 4,5 km dari area temuan ekor pesawat AirAsia QZ8501.

"Frekuensi kotak hitam 37,5 khz, terus kita dengarkan dan dipantau koordinatnya," ujar dia.
(Baca juga: Basarnas belum beri keterangan soal kotak hitam AirAsia)


(V002)



Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2015