Jakarta (ANTARA News) - Saat ini muncul kelompok yang begitu ekstrim berupaya keras ingin menjatuhkan wibawa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono - Jusuf Kalla (SBY-JK). "Para penggoyang kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono - Jusuf Kalla mestinya sadar, dua tokoh ini punya hak memimpin negeri ini hingga 2009," ungkap Wakil Ketua Umum DPP Partai Damai Sejahtera (PDS), Denny Tewu, di Jakarta, Selasa. Denny Tewu merasa sangat terdesak untuk membuka hal ini ke publik, sembari berharap, semakin timbul kesadaran berdemokrasi secara arif, matang serta beradab oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, sekaligus mewaspadai situasi ke depan. Meski tak secara detil, tetapi Denny, dalam pernyataannya menyiratkan, kelompok penggoyang utama SBY-JK itu, sebenarnya murni kerja politik domestik, meskipun tak tertutup kemungkinan belakangan sudah mulai menjalin dukungan internasional. "Saya tahu persis mulai banyak yang berusaha keras menggoyang dan ada kelompok-kelompok secara terang-terangan menolak kepemimpinan dwitunggal ini. Sayangnya, cara mereka berekspresi terkesan tidak dewasa," kata Ketua Deklarator PDS tersebut. Partainya yang meraih 13 kursi di DPR RI itu dan memiliki kemampuan ikut mencetak hampir 100 bupati, walikota hingga gubernur di berbagai daerah di Indonesia itu, menurut Denny Tewu, akan berusaha konsisten dengan keinginan demokrasi saat ini. "Kepemimpinan SBY-JK seyogianya kan sudah final sampai dengan 2009. Siapa pun bisa mengkritisi kinerja mereka tanpa harus mempersoalkan hak kepemimpinan mereka sampai dengan 2009," tambahnya. Denny yang juga memimpin sejumlah lembaga, termasuk memiliki akses global, menilai, agak sulit meruntuhkan kepemimpinan SBY-JK saat ini. Sebab, lanjutnya, kelompok yang paling serius menggoyang malah berniat keras meruntuhkan kepemimpinan SBY-JK itu, sering bergerak tanpa dasar hukum jelas. "Ini kan menunjukkan ketidakdewasaan mereka dalam berdemokrasi. Seharusnya yang dikritisi cukup program atau kinerjanya. Itupun harus dibarengi dengan alternatif solusi yang ditawarkan dan dengan cara-cara yang arif," kata Denny Tewu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006