Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPR Agung Laksono di gedung DPR/MPR RI Jakarta, Jumat, menyatakan telah memanggil YZ untuk mengklarifikasi beredarnya rekaman porno, meski yang bersangkutan kini sedang melakukan kunjungan kerja di Australia. "Saya sudah menghubungi sejak tadi malam tetapi belum tersambung. Saya minta YZ untuk segera pulang mendahului anggota rombongan yang lain," kata Agung kepada pers menanggapi merebaknya isu rekaman skandal seks anggota DPR tersebut . Agung mengungkapkan pemanggilan itu dilakukan untuk klarfikasi terhadap maraknya pemberitaan mengenai skandal itu. Agung mengaku belum melihat hasil rekaman tersebut, namun apabila dari klarifikasi terhadap YZ ternyata benar, tentu akan ada tindakan yang dilakukan Badan Kehormatan DPR. Sementara itu hasil rekaman skandal seks itu semakin meluas beredar di kalangan DPR . Bahkan para wartawan sudah mendapatkan gambar yang terlihat jelas wajah YZ. Sejumlah stasiun televisi masih memberi perhatian terhadap skandal ini. Dengan kamera, mereka mengambil gambar dari telepon seluler dari sejumlah pihak yang memiliki rekaman gambar itu. Seperti diberitakan sebelumnya kalangan DPR pada Kamis (30/11) dibuat heboh dengan beredarnya rekaman gambar adegan seks seorang anggota DPR dari sebuah fraksi besar. Mereka memperbincangkan informasi tersebut dan berburu rekaman gambar itu. Cepat bertindak Wakil rakyat juga saling mengomentari skandal ini. Ketua MPR Hidayat Nurwahid juga berkomentar. Nurwahid berharap Badan Kehormatan (BK) DPR bertindak tegas terhadap anggota tersebut sehingga tidak memperburuk citra DPR secara kelembagaan. "Kecuali kalau memang partainya langsung mengambil sikap dengan memberhentikan yang bersangkutan maka BK tak perlu repot, karena lembaga itu juga harus menunggu laporan untuk bisa bekerja," kata Nur Wahid. Yang jelas, katanya, perilaku ini sangat memalukan. "Saya kira ini tak terpuji, sangat tidak terpuji. Apalagai yang melakukan adalah orang terhormat, jadi saya kira perlu disikapi secara cepat dan tegas," katanya.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006