Moskow (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta kepada Bank BNI untuk membuka hubungan dengan perbankan Rusia untuk menghilangkan persoalan sistem pembayaran yang menghambat kemajuan perdagangan antar-kedua negara. "Kadin Indonesia sengaja mengajak Wakil Dirut Bank BNI Gatot Suwondo, dan dia sudah ketemu dengan enam bank Rusia. Waktu saya bicara dengan Presiden Yudhoyono, beliau juga minta BNI saja yang mengurus itu," kata Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, MS Hidayat, yang ditemui di sela-sela kunjungan kenegaraan Presiden ke Moskow Rusia, Sabtu. Menurut dia, Presiden meminta, agar Bank BNI mengkaji kemungkinan menggunakan sistem pembayaran dengan perbankan Rusia, untuk mendapat referensi apakah menggunakan sistem perbankan langsung lebih menguntungkan atau tidak. Selama ini, lanjut Hidayat, hubungan dagang Indonesia dengan Rusia tidak menggunakan sistem pembayaran langsung antar-bank kedua negara, namun menggunakan pihak ketiga, seperti perbankan di Turki. "Selama ini kita tidak ada hubungan langsung dengan perbankan Rusia. Sistem keuangan di Rusia itu belum semuanya diterima oleh bank internasional, mereka juga lebih senang dengan sistem `counter trade atau imbal dagang," katanya. Di sela-sela kunjungan resmi Presiden Yudhoyono, Kadin Indonesia dan Kadin Rusia juga menggelar forum pertemuan untuk meningkatkan kerjasama dagang antar kedua negara. "Kita menghasilkan satu nota kesepahaman, tetapi yang dibicarakan ada tiga hal, yaitu infrastruktur, perdagangan dan investasi serta perbankan atau sistem pembayarannya," kata Hidayat. Dalam pertemuan itu, lanjutnya, dibahas upaya untuk melakukan sistem pembayaran langsung supaya bisa mengurangi atau menghilangkan kehadiran pihak ketiga. Selain itu, lanjutnya, dalam forum itu ada sebuah perusahaan besar Rusia yang berminat menanamkan modalnya sekira 300 juta dolar AS untuk membangun pabrik alumunium di daerah Kalimantan. "Mereka mau investasi di sektor alumunium. Minggu depan mereka akan ke Indonesia untuk beremu dengan Menteri ESDM dan Kepala BKPM di Jakarta," katanya. Sebelumnya, saat menyampaikan sambutan pada forum itu Presiden Yudhoyono menawarkan kepada para pengusaha Rusia keuntungan yang besar jika ingin melakukan perdagangan atau berinvestasi di Indonesia, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar dan pendapatan per kapita yang cukup baik. Presiden juga menilai bahwa volume perdagangan antara Indonesia dan Rusia meski sudah meningkat tiga kali dari 210 juta dolar AS menjadi 681 juta dolar AS dalam tiga tahun ini tetapi masih terlalu rendah dibandingkan dengan potensi yang bisa dikembangkan. Dalam kesempatan itu, Presiden juga menjelaskan adanya hambatan perdagangan antara kedua negara seperti di bidang perbankan, transportasi, standar produksi, informasi dan promosi. "Tetapi, ini bukan masalah yang tidak terselesaikan dan kita bisa menyelesaikannya. Saya optimistis dengan penandatanganan MOU yang akan dilakukan Kadin Indonesia dan Kadin Rusia hubungan bisnis akan menjadi lebih baik," demikian Presiden Yudhoyono. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006