Jakarta (ANTARA News) - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, Kamis, memutuskan menurunkan suku bunga acuan BI (BI rate) sebesar 50 basis poin (bps) dari 10,25 persen menjadi 9,75 persen atau untuk pertamakalinya menjadi satu digit sepanjang 2006. "Keputusan tersebut diambil setelah melakukan evaluasi kondisi makroekonomi terkini, mencermati hasil berbagai survei, dan memandang prospek ekonomi moneter ke depan, termasuk upaya pencapaian sasaran inflasi ke depan, yaitu enam plus minus satu persen untuk 2007," kata Direktur Perencanaa strategis dan humas BI, Budi Mulya di Jakarta. Sejak Desember 2005 besarnya BI rate adalah 12,75 persen. BI rate turun pertama kali tahun ini pada 9 Mei, sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 12,50 persen. Pada 6 Juni tetap 12,50 persen. Namun setelah itu BI rate terus turun. Pada Juli menjadi 12,25 persen, Agustus 11,75 persen, September 11,25 persen, Oktober 10,75 persen, dan terakhir November 10,25 persen. Budi mengatakan, secara umum, stabilitas makroekonomi hingga November 2006 masih tetap terjaga. Hal ini memberikan keyakinan bahwa akselerasi pertumbuhan ekonomi masih dapat terus berlangsung. Nilai tukar rupiah menguat dengan volatilitas yang lebih rendah. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah menguat 0,4 persen menjadi Rp9.138 per dolar AS disertai tingkat volatilitas yang menurun menjadi 0,3 persen. Kondisi tersebut ditopang dengan membaiknya kondisi makro di dalam negeri yang tercermin pada surplus neraca pembayaran yang cukup besar, berlanjutnya tren penurunan inflasi, imbal hasil rupiah yang masih terjaga, serta faktor resiko eksternal yang minimal. Budi mengatakan, nilai tukar rupiah masih kondusif. "Bagi eksportir yang penting stabilias nilai tukar rupiah," katanya. Inflasi indeks harga konsumen (IHK), kata Budi, masih terkendali dan dalam tren menurun. Tren penurunan inflasi ercermin pada perkembangan inflasi inti yang menurun sebagaimana diperkirakan namun masih berada pada level yang tinggi. Secara bulanan inflasi inti hanya mencapai 0,30 persen (month to month) dan secara tahunan (year to year) mencapai 5,92 persen. IHK secara tahunan 5,27 persen, Januari-November 5,32 persen dan dari bulan sebelumnya 0,34 persen. Budi mengatakan, penurunan BI rate sejauh ini direspon positif oleh pelaku ekonomi baik di sektor keuangan maupun riil. Di pasar saham, IHSG terus meningkat terutama didorong oleh ekspetasi terus membaiknya prospek makro ekonomi sejalan dengan menurunnya suku bunga. Respon positif juga terjadi di pasar obligasi pemerintah yang tercermin pada yied ((hasil) Surat Utang Negara secara umun masih dalam tren menurun.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006