Mekah (ANTARA News) - Menteri Agama M Maftuh Basyuni mengunjungi sejumlah pemondokan jamaah Indonesia di kota Mekkah, kemarin. Di antara pemondokan yang dikunjungi antara lain di sektor 1 maktab 3 di kawasan Syib Amir dan di sektor 7 maktab 622 di Misfalah yang berjarak sekitar 1200 meter dari Masjidil Haram. Dalam kunjungannya itu, menteri didampingi oleh Koordinator Keamanan dan Satuan Operasi Armina, Abdul Ghani AB, dan ketua PPIH di Arab Saudi, Nur Somad Kamba serta Konjen RI di Jeddah, Gatot Abdullah Mansyur. Menteri sempat berdialog dengan sejumlah jamaah haji asal Jawa Timur yang telah menghuni kamar-kamar di pemondokan jamaah di sektor 1 dan menanyakan kondisi jamaah serta memeriksa kelayakan kamar untuk dihuni, bahkan sempat memeriksa dapur dan toilet yang ada di gedung tersebut. Sementara di maktab 622 A di Misfalah, menteri mengunjungi sebuah gedung pertemuan dan tempat pesta yang diubah menjadi pemondokan yang dapat memuat sekitar 800 jamaah. Di pemondokan ini, kamar-kamar dan ruangaan lain dipisahkan dengan menggunakan gypsum dan kamar terlihat berdebu. Kamar mandi untuk laki-laki dibuat di luar, sementara untuk wanita di dalam. Kamar besar di pondokan ini diisi dengan delapan sampai sembilan tempat tidur, dengan letak yang berdekatan, sementara kamar kecil ada yang ditempati sampai dengan empat tempat tidur. Ketika meninjau, menteri agama langsung meminta kepada pemillik pondokan agar kamar besar hanya ditempati maksimal enam tempat tidur dan kamar kecil ditempati tiga tempat tidur. Menteri mengakui tidak semua pemondokan memuaskan kondisinya. Untuk itu menteri agama berusaha terus memperbaiki system pemondokan di masa mendatang. "Ini adalah usaha maksimal yang telah dilakukan petugas kita, dan pengalaman pertama ini kita akan berusaha menemukan tempat yang lebih baik di masa mendatang," ujar menteri usai melakukan pemeriksaan. Menurutnya,pemondokan-pemondokan yang kurang layak di masa depan tidak akan disewa lagi. Namun hal itu diakui bukan hal yang mudah, karena biasanya sistem sewa yang digunakan borongan, tidak bisa memilih. Maka wajar jika ada 12 pemondokan yang disewa ada beberapa yang kurang layak. Permasalahan lainnya adalah semakin menjamurnya pembangunan hotel di sekitar Masjidil Haram, yang tarifnya paling tidak 10-15 ribu riyal per musim haji, sementara kemampuan pemerintah hanya 2000 riyal, sehingga di masa depan harus menjadi pertimbangan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006