Atambua (ANTARA News) - Bentrokan senjata antara aparat TNI-AD dan jajaran Polres Belu pada Minggu dini hari memakan korban jiwa, seorang anggota TNI, sementara dua korban lainnya mengalami luka-luka berat. ANTARA News dari Atambua melaporkan, korban yang tewas adalah Prajurit Dua Andik Sidiharto, anggota Batalion infantri 744 kelahiran l983, yang tubuhnya tertembus peluru dari ketiak sebelah kiri hingga ke sisi kanan badannya. Sedangkan korban luka tembak lainnya adalah Prajurit Dua Bambang dan Sersan Dua Heru yang juga anggota Batalion Infantri 744/ Yudawirasakti, bermarkas di kawasan Tobir, sekitar 10 km arah selatan Kota Atambua. Saat ini, ketiga korban, baik korban yang tewas maupun yang mengalami luka tembak berada di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua. Menurut rencana, Prajurit Dua Andik Sidiharto akan segera dibawa ke kampung halamannya di Kediri, Jawa Timur setelah terlebih dulu dilakukan pemeriksaan forensik oleh pihak berwenang. Saat ini Detasemen Polisi Militer Kodam IX/ Yudhayana telah melakukan olah TKP di tempat kejadian perkara yaitu di lapangan umum Atambua. Dilaporkan bahwa penyerbuan Markas Polres Belu dilakukan oleh puluhan anggota Batalion Infantri 744/ Yudhawirasakti. Dengan rumah dinas Kepala Polres Belu, AKBP Heb Dehen, lapangan tempat kejadian tersebut hanya dipisahkan oleh jalan umum, berdampingan dengan kantor Polres Belu dan berjarak hanya sekitar 50 meter dari kantor Kodim 1605. Olah TKP dilakukan oleh Komadan Detasemen POM Kupang, Mayor SPM Nyoman Utisna didampingi oleh Kapten APM Amal K Tarigan. Sejauh ini belum dipeoleh keterangan resmi dari pejabat yang berkepentingan atas kejadian tersebut. Kapolres Belu tidak bersedia menjelaskan berbagai kemungkinan yang menyebabkan kejadian itu kepada pers, kecuali menyatakan lewat SMS bahwa dia tidak berwenang memberi keterangan. Dalam SMS-nya, Dehen mengemukakan bahwa yang berwenang untuk memberikan keterangan itu adalah Kapolda NTT Brigadir Jenderal Polisi Robertus Sadarum atau Komandan Korem 161/Wirasakti Kolonel Infantri Arif Rahman. Hanya dalam waktu beberapa jam setelah peristiwa itu merebak, Sadarum dan Arif langsung datang ke Atambua dengan helikopter dinas penerbangan TNI AD dari Kupang untuk berkoordinasi dan mencari penyelesaian atas terjadinya insiden tersebut. Mereka langsung menuju TKP, memeriksa berbagai hal-hal yang terkait dengan kejadian. Sadarum kemudian memberikan pengarahan kepada jajarannya di kantor Polres Belu, sementara Arif memberi pengarahan sekaligus melakukan pemeriksaan pada jajarannya di markas Komando Batalion Infantri 744/Yudhawirasakti. Sejauh ini, keadaan Kota Atambuta tidak terlalu terpengaruh atas kejadian itu, kecuali di sejumlah tempat terdapat konsentrasi massa dalam jumlah kecil. Massa yang berkumpul saling bertanya tentang apa yang sebetulnya terjadi, sementara pemerintahan daerah Belu masih menunggu keterangan resmi dari aparatur militer dan kepolisian yg berwenang. Wakil Bupati Belu dr. Gregorius Mau Bili yang dihubungi lewat telepon menyatakan harapannya agar kasus itu segera diselesaikan secara baik sehingga tidak meluas menjadi masalah yang serius yang pada gilirannya bisa mengganggu stabilitas politik di Atambua dan sekitarnya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006