Paris (ANTARA News) - Amerika Serikat (AS) dan Prancis sama-sama menginginkan kesepakatan nuklir terkini yang lebih kuat dengan Iran dan menekankan bahwa kerja keras masih diperlukan untuk menutup kesenjangan-kesenjangan dalam perundingan.

"Kami semua dalam P5+1 berkomitmen memastikan bahwa Iran tidak mendapatkan senjata nuklir... Kami sudah membuat kemajuan tapi masih ada kesenjangan-kesenjangan dan kami harus menutup kesenjangan ini," kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry setelah pertemuan dengan diplomat tertinggi Prancis Laurent Fabius di Paris, Sabtu (7/3).

"Kami harus mendapat kesepakatan yang tepat. Tergantung pada Iran yang menginginkan program nuklir damai untuk menunjukkan kepada dunia bahwa memang melakukan seperti yang dikatakan," katanya seperti dilansir kantor berita Xinhua.

Dalam konferensi pers bersama, Fabius menyatakan bahwa "masih ada pekerjaan yang harus dilakukan" untuk mencapai kesepakatan final yang berkelanjutan tentang program nuklir Teheran.

Sebagai tuan rumah pertemuan dengan timpalannya dari Jerman dan Inggris serta Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini dalam pembahasan masalah Iran itu, Fabius mengatakan bahwa ada kemajuan dalam beberapa hal dalam pertemuan itu tapi juga ada beberapa perbedaan.

Ia menekankan bahwa Paris dan Washington punya target yang sama untuk mencapai "kesepakatan kuat" dimana Iran bisa melanjutkan program nuklir damainya tapi "harus secara konkret menunjukkan dan memastikan bahwa akan meninggalkan tujuan untuk membangun kekuatan nuklir."

Pada November 2013, Iran setuju menghentikan pengayaan uranium di atas lima persen dan menetralkan persediaan hampir 20 persen uranium lewat pengenceran atau konversi dan tidak memasang lebih banyak sentrifugal dengan pencabutan sanksi tertentu sebagai pertukaran.

Enam negara besar dunia yang meliputi Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Inggris, Tiongkok dan Rusia telah menetapkan Juni sebagai tenggat bagi kesepakatan final komprehensif setelah perbedaan tentang jumlah sentrifugal Teheran membuat pembicaraan tersendat dan memperpanjang perundingan beberapa bulan lagi.

Iran telah menjadi sasaran sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa karena program nuklirnya. Barat menuduh Iran membangun senjata nuklir dengan kedok program nuklir sipil. Iran sudah berulangkali mambantah tuduhan itu dan menegaskan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai.

Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2015