Jakarta (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Leo Batubara, berpendapat media penyiaran publik seharusnya dapat menjadi institusi besar, seperti yang terjadi di sejumlah negara. "Di Inggris BBC dapat besar, begitu juga dengan di Jerman yang penyiaran publiknya juga besar dan itu berbeda dengan di Indonesia yang media penyiarannya justru terseok-seok," kata Leo di Jakarta, Rabu. Oleh karena itu, ANTARA yang menjadi bagian media penyiaran publik di Indonesia dan mengedepankan Bhineka Tunggal Ika dapat tetap eksis seiring dengan ledakan informasi yang ada. Saat ini rakyat disuguhi informasi beragam dengan berbagai dampak yang mengikutinya, kemudian secara tidak langsung telah mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat. "Ada informasi yang mencerdaskan dan mencerahkan, namun ada juga yang racun karena menyesatkan, seperti hiburan yang biasanya disajikan di televisi," ujarnya. Menyikapi maraknya informasi tersebut, lanjut Leo, maka ANTARA harus mampu menjadi "anjing pengonggong" yang akan memberikan kontrol jika terjadi penyimpangan dalam penyelenggaraan negara. Jika legislatif, eksekutif, dan yudikatif tidak menjalankan tugas pokoknya, maka ANTARA-lah yang akan menjadi pilar keempat memberikan kontrol bagi mereka. "Saya yakin bahasa yang digunakan ANTARA tidak justru menimbulkan konflik, namun akan berimbang seperti konflik yang terjadi di Maluku, Poso, atau Papua," katanya. Kemudian, ANTARA juga harus dapat menjadi pasar gagasan terbuka, yang diharapkan dapat menjadi patokan dari media massa yang lainnya. Dalam kesempatan itu, Leo berharap ANTARA tetap eksis, dapat menjadi barometer dan jedela informasinya Indonesia, baik di nasional maupun internasional, dan menyampaikan selamat berulang tahun. LKBN ANTARA pada Rabu, 13 Desember 2006 merayakan HUT ke-69 dan rencananya pada 26 Desember mendatang, akan memperingati hari ulang tahun dengan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, para kabinet, wakil rakyat, pimpinan partai, dan tokoh masyarakat. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006