Bengkulu (ANTARA News) - Anggota DPR Bomer Pasaribu meminta pemerintah, baik eksekutif maupun legislatif, harus memberikan dukungan penuh kepada ANTARA sebagai kantor berita nasional, mengingat peran yang diembannya sangat besar, terutama dalam memberikan "warna" pemberitaan tentang Indonesia di luar negeri. "Pemerintah tidak hanya harus memberikan dukungan secara politis, tapi juga anggaran. Bantuan dana maha penting untuk memberikan penyegaran dan revitalisasi bagi ANTARA, baik di dalam maupun luar negeri," kata politisi dari Partai Golkar itu kepada ANTARA di Bengkulu, Rabu. Mantan Menteri Tenaga Kerja (Menaker) era Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) itu mengatakan peran ANTARA sangat penting karena selain sebagai sumber informasi dalam dan luar negeri, juga mengemban misi besar yakni sebagai "second diplomacy" Indonesia di tingkat internasional. Menurut dia, ANTARA mempunyai misi ganda yakni "membawa" nama Indonesia melalui pemberitaannya ke luar negeri, sehingga informasi mengenai masalah nasional tidak hanya didominasi atau disebarkan oleh kantor berita asing, dan ANTARA harus tampil sebagai penyeimbang. Kemudian, misi diplomasi dan ini cukup menentukan karena sebuah diplomasi yang diiringi dengan penyebaran informasi dan opini ternyata hasilnya cukup efektif. "'Perang diplomasi' hampir indentik dengan 'peran informasi', dan siapa yang lebih dulu menguasai informasi, dia akan memenangkan diplomasi, karena itu bisa tidak bisa kita harus melalui jalur ANTARA," ujarnya. Selama ini keunggulan bangsa-bangsa di blok Barat unggul karena penguasaan informasi dan opini yang dijadikannya sebagai pendukung upaya diplomasi yang dilancarkannya. Ia mencontohkan, betapa hebatnya pihak Barat yang dimotori Amerika Serikat ketika menyerang Afganistan, karena lebih dulu memenangi informasi dan opini, maka dengan gampangnya seluruh dunia dibawa pada satu anggapan bahwa pilihan untuk menyerang merupakan jalan terbaik. "Mereka bisa mengambil sinergi dari informasi dan opini yang dilancarkannya seraya menjalankan 'perang' diplomasi dan bahkan fisik," katanya. Dikatakannya guna mengoptimalkan peranannya, ANTARA sebagai sebuah kantor berita tertua di Indonesia dan telah dikenal di dunia harus semakin memperluas jaringannya dan mulai mencari format baru layaknya kantor berita di dunia lainnya. "ANTARA sudah harus memikirkan untuk memiliki jaringan televisi dan radio tersendiri yang siarannya tidak hanya bisa merambah ke seluruh Indonesia tapi juga internasional," katanya. Pembukaan jaringan televisi sendiri, menurut dia, merupakan tuntutan dan itu harus dilakukan oleh ANTARA, karena besarnya misi yang dijalankan oleh kantor berita tersebut. Demikian juga pembukaan biro di luar negeri, menurutnya, merupakan satu keharusan meski perlu waktu dan anggaran yang cukup besar. "Setahu saya saat ini biro ANTARA di luar negeri itu sangat kurang. Paling tidak ANTARA mempunyai 50 biro luar negara atau minimal 20 biro," katanya. Menurut dia, minimal ANTARA harus membuka biro pada tempat-tempat penting seperti PBB, ILO, Roma, UNESCO, dan pos-pos lainnya yang menjadi pusat "pergolakan" dunia. ANTARA harus tampil seperti kantor berita asing yang memiliki jaringan dan biro/perwakilan di seluruh dunia, untuk mewujudkan itu memang harus ada dukungan penuh dari pemerintah. Bomer yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Legislasi DPR menyarankan format bentuk badan hukum dari ANTARA hendaknya dibuat sedemikian longgar, jangan terlalu "berbau" pemerintah, tapi juga tidak seolah-oleh sebagai swasta murni. ANTARA harus memilik manejemen yang "lincah" yang dapat menciptakan keunggulan sendiri dengan menjadi industri berita guna mencari pemasukan bagi institusi tersebut. "ANTARA harus melakukan diversifikasi usaha." Ketika dimintai tanggapannya mengenai ANTARA, Bomer mengemukakan ada yang menarik dari kantor berita yang didirikan pada 13 Desember 1937 itu, yakni meski statusnya sebagai kantor berita nasional, tetapi tetap bisa mempertahankan obyektifitas dari pemberitannya. Selain itu, ia juga menilai ANTARA memiliki keunggulan dalam hal kecepatan dan ketepatan waktu serta wartawan yang profesional. Dalam hitungan menit berita dari berbagai belahan dunia dapat disajikan, kata Bomer yang juga mantan aktivis mahasiswa dan Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006