Yogyakarta (ANTARA News) - Bagi kebanyakan orang yang beranggapan polusi udara hanya soal sesak nafas dan pendeknya jarak pandang, mungkin temuan badan kesehatan PBB (WHO) kali ini akan mengubah anggapan itu secara mendasar. "Kuat dugaan tiap tahunnya sekitar 530 ribu orang penduduk kota-kota besar Asia meninggal dunia akibat polusi udara," kata Dr. Michal Krzyzanowski dari WHO dalam acara pertemuan internasional tentang kualitas udara (Better Air Quality/BAQ), di Yogyakarta, Kamis (14/12). Laporan terbaru WHO mencermati bahwa pengaruh polusi udara sudah sangat membahayakan penduduk perkotaan di berbagai belahan dunia. Ancaman terbesar yang dihadirkan polusi udara terhadap kesehatan manusia adalah debu partikulat (PM), yang jumlah dan ukurannya di kota-kota besar sangat masif. Ancaman ini kemudian ditanggapi WHO dengan meluncurkan "panduan" ("guidelines") target-target kondisi udara yang lebih aman bagi manusia. "Di banyak kota Asia, rata-rata debu partikulat berukuran 10 mikron atau PM10 (dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar kendaraan) meningkat hingga 70 mikrogram/meter kubik. Panduan WHO meminta jumlah itu agar tak lebih dari 20 mikrogram/meter kubik saja," kata Michal. WHO yakin bila PM10 dapat diturunkan kadarnya di udara kota-kota Asia, maka jumlah kematian akibat polusi udara dapat dikurangi hingga 15 persen per tahun. Selain panduan target PM10, WHO juga merekomendasikan penurunan SO2 (salah satu gas emisi kendaraan bermotor), emisi gas rumah kaca dari kendaraan bermotor, rumah tangga dan industri. Sementara itu di Indonesia, pemerintah secara nasional baru menetapkan kuota 100-150 mikrogram/meter kubik kadar PM10. Sumber emiter terbesar masih "disumbang" oleh pembakaran bahan bakar kendaraan terutama diesel, yang menghasilkan banyak SO2.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006