Markas Besar PBB (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa-bangsa mengecam pembunuhan baru-baru ini yang terjadi terhadap juru kamera APTN (Associated Press News Agency) di Irak, Aswan Ahmed Lutfallah, dan kolumnis di Filipina, Ponciano Grande. Kecaman tersebut disampaikan Koichiro Matsuura, Direktur Jenderal UNESCO --badan PBB yang diberi mandat untuk melindungi kebebasan pers-- di New York, Jumat. Menurut Matsuura, pembunuhan terhadap Aswan Ahmed Lutfallah (35) menunjukkan pentingnya perlindungan terhadap wartawan di Irak, negara yang makin rumit dilanda konflik pasca invasi AS dan sekutunya pada 2003 lalu. Aswan Ahmed Lutfallah pada 12 Desember lalu dilaporkan tertembak mati di Mosul, 370 kilometer utara Baghdad, saat ia berusaha mengambil gambar dua kelompok yang sedang saling melancarkan tembakan. "Hanya sedikit harapan untuk melihat demokrasi yang bebas dan independen di Irak, kecuali para wartawan dan pekerja pers bisa melakukan tugas mereka secara aman," kata Matsuura. Menurut data International Federation for Journalists, setidaknya sudah 163 pekerja pers yang tewas di Irak sejak perang dimulai pada 2003. Adapun Ponciano Grande, mantan kolumnis untuk media Nueva Ecija, tewas ditembak minggu lalu oleh dua orang tak dikenal yang menyerangnya di tempat tinggalnya di kawasan Cabantuan City, Filipina. Ponciano menjadi jurnalis ke-11 di Filipina yang tewas tahun ini dan yang ke-47 sejak tahun 2001. Sementara itu, menurut catatan Reporters Without Borders, sepanjang tahun 2006 sudah 81 jurnalis yang tewas di berbagai negara, kebanyakan di Irak yaitu 39 orang, termasuk Aswan Ahmed Lutfallah. Dalam tahun 2006, catatan Reporters Without Borders juga menyebutkan tewasnya wartawan Indonesia, Herliyanto, wartawan lepas untuk Radar Surabaya, yang meninggal pada 29 April 2006. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia melihat adanya kemungkinan bahwa kematian Herliyanto terkait dengan berita-berita yang ditulisnya seperti upaya pengungkapan praktek korupsi di wilayah tempatnya bertugas di propinsi Jawa Timur.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006