Jakarta (ANTARA News) - Jamaah haji asal Solo Kloter 22 memrotes atas mahalnya biaya pemondokan hingga mereka mendatangi kantor Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Mekkah. Siaran pers Media Center Haji (MCH) Depag, Senin, menyebutkan, jamaah haji tersebut menempati pemondokan 621 di sektor 7, kawasan Misfallah, Mekkah. Lokasinya cukup jauh dari Masjidil Haram sekitar 1,7 kilometer. Jamaah haji asal Solo itu menilai, pemondokan yang dihuninya masuk kategori D hingga mereka berhak mendapatkan pengembalian uang selisih sewa pemondokan sekitar 400 Riyal. Namun kenyataannya, pondokan mereka itu dikualifikasikan dalam kelas A dengan harga dua ribu riyal. "Dilihat dari jauhnya dan fasilitas yang ada, satu kamar bisa diisi sembilan hingga 10 orang, jelas pondokan kami bukan tipe A, tapi tipe D. Dengan demikian kami berhak mendapatkan uang pengembalian sebesar 400 Riyal," kata salah satu perwakilan jamaah haji kloter 22 embarkasi Solo, Widi Sudono. Hal senada dikatakan jamaah haji lainnya, Agus Triono, yang menyebutkan dirinya meminta kejelaskan tempat pemondokan karena sejak berangkat dari Donohudan, Solo, dijanjikan akan menempati pondokan kualifikasi A. "Kita di Madinah mendapatkan uang pengembalian 100 reyal. Dan bersamaan dengan itu, kita juga diberitahu akan menempati pemondokan kelas D di Mekkah dan akan mendapatkan uang pengembalian 400 Riyal. Tapi kenyataannya kok begini, tinggal di pemondokan yang jauh tapi kelasnya dinyatakan masuk tipe A," katanya. Permasalahan lainnya yang dikeluhkan jamaah asal Solo itu, yakni, fasilitas pemondokan yang sangat minim, seperti, tidak adanya lokasi menjemur pakaian dan jamaah dilarang memasak dengan menggunakan listrik. Selain itu, jamaah juga diharuskan memasak dengan kompor minyak dengan harga minyak yang ditetapkan oleh pengelola pemondokan sebesar 4 Riyal, padahal harga bensin sendiri tidak sampai 1 Riyal. "Ini namanya menyiksa kita. Tapi karena kita lapar mau apa lagi, ya terpaksa nurut. Kalau mau shalat ke Masjidil Haram juga tidak ada kendaraan gratis, naik angkutan umum pulang pergi bisa 3 Reyal. Kalau kita dapat pengembalian uang kan lumayan, bisa buat ongkos di sini, katanya. Sementara itu, jamaah haji lainnya, Agus Cipto, mengharapkan, agar persoalan itu dapat segera diselesaikan karena rekan-rekannya yang lain selalu bertanya-tanya mengenai pemondokan. "Kita tidak ingin persoalan ini berlarut-larut, sebab jamaah terus bertanya-tanya. Kalau ini tidak bisa diselesaikan, bukan tidak mungkin seluruh jamaah akan berdemo di sini (Daker Makkah)," katanya.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006