Sumenep (ANTARA News) - Sedikitnya 10 anak di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, dinyatakan terserang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan dirawat intensif di rumah sakit umum setempat. "Sejak sepekan terakhir ini, sudah ada sepuluh anak yang diduga kuat terserang DBD," kata dr Duminicus Husada, SpA, salah satu dokter anak Rumah Sakit Umum Sumenep, Selasa (19/12). Ke-sepuluh anak tersebut, empat dirawat di sal anak, dan enam lainnya di paviliun. Dari sepuluh kasus tersebut, kata Dumi -- panggilan akrap --Duminicus Husada, satu anak dibawa ke rumah sakit dalam keadaan kritis. Artinya, sudah melebihi tiga hari mengalami gejala panas tinggi. Namun semua penderita DBD, hingga saat ini masih tertangani dengan baik, dan sudah ada yang dipulangkan. "Rumah sakit akan menangani penderita dengan cepat. Kami tidak menginginkan kasus tahun lalu yang membawa satu orang korban, terjadi lagi," tuturnya. Menurut Dumi, wawasan masyarakat tentang pengetahuan awal gejala DBD masih sangat rendah. Itu dibuktikan dengan kurang responnya orang tua saat anaknya sendiri mengalami panas. Mereka masih mengartikan panas biasa. Bahkan, yang sering terjadi, lanjut Dumi, kondisi anak sudah mengkawatirkan baru dibawa ke rumah sakit, dengan alasan kondisi tubuhnya sudah dingin. "Waktu tubuh dingin itulah, berarti pasien sudah 'shock' dan sulit untuk ditangani," jelasnya. Pemahaman masyarakat, kalau kondisi tubuh sudah dingin yang awalnya panas, dianggapnya sudah sembuh. Padahal, masah kritis. Itu terjadi pada hari ke empat sampai ke tujuh dari awal tubuh mulai panas. Yang perlu penanganan serius, adalah dari awal panas hingga tujuh hari. Kalau sudah melewati tujuh hari dan kondisinya membaik, maka diyakini perkembangan kekebalan tubuh pasien mulai memadai. Untuk mengetahui ciri-ciri khusus DBD, kata Dumi, yakni tubuh mengalami nyeri, baik sendi maupun pada otot. Serta mual dan muntah-muntah. Sedangkan ciri lainnya, yang sudah masuk kategori membahayakan adalah pendarahan pada hidung dan berak darah. "Jadi, kalu sudah tiga hari mengalami panas, secepatnya diperiksa kepada petugas kesehatan terdekat," tegasnya. Karena untuk mengetahui pasti positif tidaknya pasien terserang DBD, baru setelah tujuh hari dari awal gejela panas. "Rumah sakit Sumenep belum mempunyai alat untuk mendeteksi DBD dari awal, kecuali mengirim sampelnya ke Surabaya. Oleh karenanya, kami baru bisa menyatakan positif atau tidak terserang DBD setelah tujuh hari," ucapnya.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006