Jakarta (ANTARA News) - Mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan kepada bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk menghentikan perang dan konflik di antara negara-negara di kawasan tersebut.

"Masih banyak perang terjadi. Kita harus hentikan konflik di Yaman, ISIS dan tempat-tempat lain," kata Yudhoyono dalam Konferensi Parlemen Asia Afrika 2015 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis.

Yudhoyono mengatakan dalam sejarah bangsa-bangsa Asia-Afrika, termasuk Indonesia, pernah terjadi konflik internal maupun perang saudara, misalnya Afrika Selatan, Rwanda, dan Kamboja.

Di antara negara-negara yang pernah berkonflik itu, tidak sedikit pula yang berhasil tumbuh baik secara ekonomi maupun politiknya.

"Saat ini adalah era untuk Asia dan Afrika. Perekonomian di Asia tumbuh, begitu pula di Afrika. Bangsa-bangsa Asia-Afrika harus bergerak untuk meraih kesempatan dan membuat kawasan ini menjadi lebih baik," tuturnya.

Kepada wartawan seusai berpidato di hadapan delegasi parlemen Asia Afrika, Yudhoyono mengatakan forum Konferensi Asia Afrika kali ini diselenggarakan pada waktu yang tepat.

"Dunia sedang mengalami masa pancaroba. Banyak kejadian di muka bumi yang tidak kita kehendaki seperti di Timur Tengah, Afrika, sebagian Asia dan tempat lain," katanya.

Menurut Yudhoyono, forum Konferensi Asia Afrika harus digunakan sebaik-baiknya untuk memastikan kerja sama antarnegara dapat dilaksanakan dengan baik.

"Semangat Asia-Afrika tidak pernah hilang. Bila dulu semangatnya antikolonialisme, antipenjajahan, sekarang semangatnya berjuang untuk perdamaian, keadilan dan kesejahteraan," katanya.

Yudhoyono berharap penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika 2015 bisa membawa angin baru bagi Indonesia untuk berperan dalam percaturan global.

"Yang lebih penting rakyat Indonesia mendapatkan manfaat dari kerja sama yang harus kita jaga baik," ujarnya.

Yudhoyono menjadi salah satu pembicara kunci dalam Konferensi Parlemen Asia Afrika 2015 dalam kapasitas sebagai pimpinan Global Green Growth Institute.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2015