Yogyakarta (ANTARA News) - Peneliti Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Muchamad Maksum, mengatakan pembangunan pertanian dan pedesaan di Indonesia sejak lama sudah salah kiblat. "Tidak jelas akan dibawa ke mana nasib masyarakat pertanian dan rakyat pedesaan," katanya di Yogyakarta, Rabu. Pada tingkat lapangan, mudah sekali terlihat betapa tidak adilnya perilaku pembangunan negara terhadap sektor pertanian dan kehidupan pedesaan. Misalnya, subsektor tanaman pangan yang hingga saat ini masih banyak kelemahan dan mengindikasikan salah kiblat itu, antara lain mudahnya impor beras, kacaunya distribusi pupuk dan naiknya harga pupuk tanpa diikuti kenaikan harga gabah. "Sektor pertanian terutama pangan hanya diposisikan sebagai 'tumbal' pembangunan untuk menghasilkan pangan murah, 'bemper' inflasi, memurahkan upah minimum regional (UMR) dan menanggulangi kelaparan," katanya. Begitu juga dengan subsektor perikanan dan kelautan yang sampai sekarang belum menunjukkan kemajuan berarti, terutama dalam menyehatkan rohani dan jasmani masyarakat. "Persoalan proteksi yang pas-pasan terhadap nelayan kecil, maraknya penggunaan kapal pukat harimau (trawler) dan kapal ikan asing serta kacaunya distribusi BBM bersubsidi menunjukkan lambannya negara menggenjot kesejahteraan nelayan kecil," kata Maksum. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006