Islamabad (ANTARA News) - Pakistan, Selasa, menyatakan negara itu akan mendirikan pagar dan memasang ranjau di perbatasannya dengan Afghanistan, di tengah tuduhan mengenai penyusupan gerilyawan melintasi perbatasan tersebut. "Tentara Pakistan telah diberi tugas untuk merancang kerangka pemasangan ranjau dan pagar selektif di perbatasan," kata Menteri Luar Negeri Riaz Mohammad Khan pada suatu taklimat. "Tindakan ini akan menerapkan langkah yang sudah dilaksanakan guna mencegah kegiatan militer dari Pakistan ke dalam wilayah Afghanistan," kata Khan, seperti dilaporkan AFP. Ia mengatakan pemasangan pagar dan ranjau tersebut akan menjadi "salah satu tindakan yang akan mencegah gerilyawan menyeberang ke dalam wilayah Afghanistan". Tindakan itu dilakukan menyusul tuduhan yang berulangkali disampaikan oleh pemerintah Afghanistan bahwa Pakistan "membantu Taliban". "Bukannya melancarkan serangan gerilya, kami harus menghadapi pelaku teror dengan cara nyata," kata Khaliq Ahmad, jurubicara presiden Pakistan. Pakistan juga akan memantau secara seksama pos penyeberangan yang direncanakan dibuat, kata Khan. "Akan ada pos penyeberangan yang dirancang, yang akan dipantau secara seksama," katanya. Itu untuk pertama kali Pakistan akan memasang ranjau di perbatasannya sepanjang 2.400 kilometer dengan Afghanistan. Daerah sabuk perbatasan yang bergelombag dihuni oleh suku Pashtun yang sangat konservatif dan sangat berdiri sendiri. Masyarakat di wilayah perbatasan Pakistan dan Afghanistan memang memiliki hubungan darah. Ditentang Afghanistan Islamabad sebelumnya telah mengusulkan tindakan serupa, tapi pemerintah Afghanistan malah menentang gagasan tersebut. "Kami tak memelukan persetujuan dari negara mana pun untuk memasang pagar atau melakukan tindakan apa pun yang harus kami lakukan di wilayah perbatasan kami," kata Khan. Keputusan itu diambil saat gelombang kerusuhan di Afghanistan tahun ini menyulut percekcokan atnara kedua sekutu AS "dalam perang melawan teror"; Kabul menuduh Islamabad berusaha merusaka kestabilan Afghanistan. Sebanyak 4.000 orang, termasuk 1.000 warga sipil, telah tewas tahun ini dalam aksi kekerasan oleh gerilyawan, sehingga 2006 menjadi tahun paling bergelimang darah di Afghanistan sejak jatuhnya Taliban lima tahun lalu. Presiden Afghanistan Hamid Karzai bulan ini untuk pertama kali secara terbuka menuduh pemerintah Pakistan mendukung gerilyawan Taliban, dan mengatakan anasir di Islamabad ingin mengubah rakyat Afghanistan "jadi budak". Ia terutama menuduh dinas intelijen Pakistan, Inter-Services Intelligence (ISI), membantu faksi santrik tersebut. Pakistan secara tegas membantah negeri itu membantu Taliban dan menunjukkan kenyataan bahwa Islamabad menempatkan 80.000 prajurit di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan, ratusan di antara mereka telah tewas dalam perang melawan gerilyawan pro-Taliban. Khan menyatakan Pakistan juga mempertahankan lebih dari 700 pos pemeriksaan di sepanjang perbatasan tersebut. "Tentu saja, tanggung jawab untuk mencegat atau mencegah aksi keras semacam itu bukan hanya tanggung jawab pihak Pakistan, tapi secara sama menjadi tanggung jawab ISAF (Pasukan Bantuan Keamanan Internasional), NATO dan pasukan Afghanistan," katanya. Pakistan juga telah memutuskan untuk memantau secara seksama kamp pengungsi Afghanistan. "Kami juga meminta masyarakat internasional terutama PBB untuk mempercepat pemulangan pengungsi ke Afghanistan dan menempatkan kembali sebagian kamp yang berada di dekat perbatasan," katanya. Gerakan pengunsi dari kamp itu menjadi pusat perselisihan antara kedua negera bertetangga tersebut, tambahnya. (*)

Pewarta: rusla
COPYRIGHT © ANTARA 2006