New York (ANTARA News) - PBB dalam rangka memperingati dua tahun tragedi tsunami di Indonesia dan sejumlah negara lainnay di Samudra Hindia meminta semua pihak meningkatkan upaya sistem peringatan dini guna menghindari jatuhnya korban. Sementara itu, Sekretaris-Jenderal PBB Kofi Annan di New York, Selasa, menyesalkan bahwa --tidak seperti di Aceh-- perdamaian antar pihak yang bertikai di Sri Lanka yang sempat muncul setelah bencana tsunami, ternyata tidak berlangsung seterusnya. Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya (UNESCO) mengingatkan kembali bahwa kerusakan dan jatuhnya ratusan ribu korban jiwa dalam bencana gempa bumi dan tsunami yang bermula dari ujung Sumatera pada 26 Desember 2004 adalah karena tidak adanya sistem peringatan dini. Kepala UNESCO, Koichiro Matsuura, mengatakan saat ini sistem peringatan dini tsunami sudah terwujud dan dapat digunakan untuk memberikan peringatan kepada 27 negara jika gelombang besar serupa akan terjadi. "Ini artinya masa depan tampaknya tentu lebih aman. Tapi saya harus tekankan, tidak ada alasan untuk berpuas diri. Bagaimananpun juga, teknologi yang membuat sistem peringatan dini tsunami Samudera Hindia hanya akan berjalan dengan baik jika semua pihak berkomitmen untuk menjaga sistem tersebut tetap bekerja untuk jangka waktu lama dan untuk semua," kata Matsuura. Matsuura di New York, Selasa, juga mengumumkan terbentuknya sebuah kemitraan baru antara Komisi Oseanografi Antar-Pemerintah (IOC) di bawah UNESCO dengan Inmarsat --penyedia komunikasi satelit global utama di dunia, yang menyediakan jaringan komunikasi satelit secara bebas untuk 50 pusat sensor laut di Samudera Hindia. "Kendati demikian, peringatan yang akurat hanya dapat dikeluarkan secara aman dan pasti ketika semua data yag diperlukan dapat diterima oleh semua pihak pada waktu yang bersamaan tanpa ada keterlambatan. Ini masih belum dapat dilakukan dan masih menjadi suatu halangan besar," katanya. Matsuura juga meminta negara-negara untuk meningkatkan kemampuan para penduduk mereka yang tinggal di daerah pantai mempersiapkan diri menghadapi tsunami dan mengenali tanda-tanda akan terjadinya tsunami. Sementara itu, Sekjen PBB Kofi Annan dalam pesan yang disampaikannya di New York, Selasa, mengatakan gempa bumi dan tsunami yang menghantam Samudera Hindia dua tahun lalu diwarnai dengan harapan besar bahwa proses pemulihan dan rekonstruksi pasca bencana akan diikuti dengan semangat baru untuk perdamaian dan rekonsiliasi di antara pihak-pihak yang bertikai. "Dan memang, di Aceh, dan setidaknya pada awalnya di Sri Lanka, solidaritas di antara para korban tanpa ada batasan politik, nasional dan etnis, memperlihatkan kepada kita semua contoh yang mengharukan bahwa pedang bisa berubah menjadi bajak," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006