Padang (ANTARA News) - Kondisi hutan kritis di Sumbar kini semakin memprihatinkan, dengan kerusakan mencapai 60 persen dari luas area yang ada, dan hal tersebut dapat menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor di provinsi tetangga Sumbar diantaranya Jambi dan Riau. "Hutan kritis di Sumbar kini semakin meluas dengan maraknya penebangan liar dan lemahnya pengawasan dari instansi terkait dan aparat kepolisian," kata Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Sumbar, Agus Teguh, di Padang, Rabu. Dia mengatakan hal tersebut, terkait dengan terjadinya sejumlah bencana alam banjir dan tanah longsor yang terjadi di beberapa bagian wilayah Sumbar sebulan terakhir. Menurut dia, untuk wilayah Sumatera hutan di Sumbar merupakan daerah penyangga bagi daerah lain, sehingga jika kawasan tersebut rusak akan berdampak terjadinya bencana di daerah lain. "Sebagian besar sungai-sungai di provinsi tetangga seperti Jambi dan Riau bermuara di Sumbar, seperti sungai Batang Hari di Jambi," katanya dan menambahkan jika hutan di Sumbar rusak maka tidak akan ada lagi penyangga untuk daerah lain. Kerusakan hutan di Sumbar hampir terjadi merata di seluruh kabupaten/kota, dengan total kerusakan mencapai 60 persen dari 2,6 juta luas areal hutan yang ada. Beberapa daerah yang kondisi hutannya telah kritis tersebut diantaranya sepanjang Bukit Barisan, Dharmasraya dan Pesisir Selatan. Kerusakan hutan tersebut terjadi akibat maraknya penebangan liar yang dilakukan pihak yang tidak bertanggung jawab, dan kondisi itu terjadi akibat lemahnya penegakan hukum aparat, serta minimnya pengawasan yang dilakukan. "Pemerintah perlu memberikan perhatian serius tentang kondisi ini, karena jika hutan kritis terus dibiarkan tanpa adanya upaya reboisasi akan berdampak rusaknya peradaban manusia di masa depan," katanya.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006