Surabaya (ANTARA News) - Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) akan merayakan Idul Adha lebih awal dibanding pemerintah dan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam lainnya yakni tanggal 30 Desember 2006, sedangkan pemerintah menetapkan Idul Adha 1427 H pada 31 Desember 2006. "Kami merujuk pada apa yang ditetapkan pemerintah Arab Saudi, karena ada dalil yang menyebutkan bahwa Idul Adha itu ada kaitannya dengan ibadah haji, sehingga kami merujuk keputusan Arab Saudi," ujar Ketua HTI Surabaya ust Fikri A Zuhdiar kepada ANTARA News di Surabaya, Rabu. Menurut dia, HTI menetapkan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha berdasarkan rukyatul hilal (melihat hilal secara mata telanjang), namun rukyatul hilal pada Idul Fitri bersifat global, apakah hilal terlihat di Timur Tengah, Afrika, Asia, atau dimana saja. "Tapi, untuk Idul Adha bersifat khusus yakni berdasarkan rukyatul hilal yang dilakukan pemerintah Arab Saudi, karena ada dalil yang memberikan kewenangan rukyatul hilal pada Idul Adha kepada amir Mekkah, karena terkait dengan pelaksanaan ibadah haji," tegasnya. Oleh karena itu, katanya, HTI akan melaksanakan sholat Idul Adha 1427 H pada 30 Desember 2006 pagi sesuai dengan sikap pemerintah Arab Saudi yang menetapkan wukuf di Arofah pada Jumat (29/12), sehingga Idul Adha akan jatuh pada Sabtu (30/12). "Di Surabaya, kami akan melaksanakan sholat Idul Adha di dua lokasi yakni lapangan SMP-SMA Nur Hidayah di Jalan Jeruk, Lakarsantri, Surabaya dengan ustad Saifuddin sebagai khotib dan lapangan Jalan Taman Apsari, Surabaya dengan ustad Faiq Furqon sebagai khotib," ungkapnya. Secara terpisah, ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur Dr KH Ali Maschan Moesa MSi menegaskan bahwa perbedaan Idul Adha dengan Arab Saudi merupakan hal yang wajar, karena hal itu sudah sering terjadi. "Yang penting, kami sudah melakukan rukyatul hilal untuk menetapkan tanggal 1 Dzulhijjah 1427 H pada 20 Desember lalu dan hilal terhalang mendung, sehingga bulan Dzulqo`dah digenapkan menjadi 30 hari dan akhirnya Idul Adha jatuh pada Minggu (31/12)," paparnya. Tentang sikap HTI yang merayakan Idul Adha 1427 H dengan merujuk pada keputusan pemerintah Arab Saudi, ia menilai HTI selama ini memang mendasarkan rukyatul hilal secara global, sedangkan NU mendasarkan rukyatul hilal sesuai dengan "matlak" Indonesia. "Tapi, saya sendiri akan menjadi imam dan khotib sholat Idul Adha pada 31 Desember 2006 di Masjid Chenghoo, Surabaya yang merupakan masjid yang dikelola saudara muslim dari keturunan China," ucapnya. Senada dengan itu, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Prof Dr Syafiq A Mughni MA menyatakan Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Dzulhijjah 1427 H jatuh pada Jumat (22/12), sehingga hari raya Idhul Adha pada 10 Djulhijjah 1427 H atau bertepatan dengan hari Minggu (31/12). "Itu keputusan dalam musyawarah Seksi Hisab/Falak Majelis Tarjih Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Sesuai hasil perhitungan hisab hakiki di markas Tanjung Kodok, Paciran, Lamongan, ijtimak jelang Dzulhijah 1427 H terjadi pada Rabu (20/12) bertepatan tanggal 29 Dzulqa`dah 1427 H pukul 21.00 WIB, sehingga harus diistikmalkan (digenapkan)," ucapnya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006