Gunung Kidul (ANTARA News) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan HB X mengimbau masyarakat menjaga budaya lokal yakni etika dan tatakrama di tengah era globalisasi yang semakin gencar belakangan ini.

"Pada era yang serba modern ini etika dan tatakrama harus dilestarikan bahkan ditingkatkan," kata Gubernur DIY dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Sekda Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sulistyo pada Pencanangan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) ke-12 dan Hari Kesatuan Gerak PKK (HKG PKK) ke-43 tingkat DIY, di lapangan Desa Piyaman Kecamatan Wonosari, Selasa.

Menurut Sultan, etika dan tatakrama serta gotong royong merupakan ciri masyarakat DIY yang tidak bisa dipisahkan, sehingga diharapkan masyarakat tetap menjaga dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat menuju penguatan integrasi sosial.

"Hal ini perlu dilestarikan agar berdaya guna dan berhasil guna," katanya.

Untuk mencapai hal itu, menurutnya harus dimulai dari lingkup yang paling kecil, yakni keluarga. Keluarga yang kuat dapat dipastikan akan membawa penguatan kelembangaan di masyarakat.

"Seperti halnya kegiatan hari ini dengan mengadakan bulan bakti gotong royong, bukan hanya membuktikan pentingnya budaya gotong royong itu sendiri, namun akan membawa kemandirian dan keswadayaan masyarakat," katanya.

Bupati Gunung Kidul Badingah mengatakan di Gunung Kidul, budaya gotong royong masih dipegang erat. "Beberapa aspek pembangunan daerah juga lebih menajamkan pada kegotongroyongan masyarakat," kata dia.

Menurut bupati, pencanangan bulan bakti gotong royong sangat tepat karena kita merasakan manfaat gotong royong. Disamping itu saat ini sudah ada pergeseran gaya hidup. "Pelaksanaan gotong royong harus ditingkatkan lagi," katanya.

Pewarta: Sutarmi
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015