Magelang (ANTARA News) - Tiga perupa asal Kota Magelang, Jawa Tengah, yang tergabung dalam kelompok Magelang Art Portpauri mengembangkan kreasi budaya batik model "fine arts".

"Kami bertiga ini sejak setahun terakhir membuat batik model fine arts untuk melepaskan diri dari umumnya pebatik yang didorong mengembangkam motif ikon daerah. Harapan kami, karya kami memperkaya motif batik," kata seorang seniman kelompok MAP Kota Magelang Wahudi di Magelang, akhir pekan ini.

Ia mengatakan hal itu di tempat mereka berkarya di kompleks Diponegoro Square, dekat Kantor Bakorwil II Jateng atau gedung eks-Keresidenan Kedu di Kota Magelang, dengan didampingi dua anggota MAP lainnya, yakni Untung Nugroho dan Kaji Habib.

Mereka yang juga seniman lukis di Kota Magelang itu, menyebut "branding" karya batik masing-masing sebagai "Gajah Barong" (Wahudi), "Nogo Koprol" (Untung Nugroho), dan "Batik Rajah" (Kaji Habib).

Ia menyebut "branding"-nya bernama Gajah Barong mengambarkan tentang kemanusiaan, sedangkan Nogo Koprol menggambarkan suatu makhluk, dan Batik Rajah berupa ungkapan doa atau pesan spiritual.

"Dalam setiap karya batik, hanya membuat satu dengan branding masing-masing. Oleh karena itu kami tidak menyebut sebagai produk kerajinan, tetapi sebagai karya batik karena kami tidak membuat dalam jumlah yang massal. Kami pastikan hanya satu karya dan tidak mengulang karya. Umumnya hasilnya berupa karya kontemporer," kata Untung.

Hingga saat ini, Wahudi dan Untung, masing-masing telah menghasilkan sekitar 10 karya batik "fine art", sedangkan Kaji Habib sekitar 20 karya dengan berbagai judul. Harga karya mereka, bervariasi antara Rp500.000 hingga Rp1,5 juta/lembar.

Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2015