Medan (ANTARA News) - Umat Budha di Provinsi Sumatera Utara yang tergabung dalam Perwakilan Umat Buddha Indonesia mengecam tindak penganiayaan terhadap etnis Rohingnya yang dilakukan oknum bikhu di Myanmar.

Kecaman itu disampaikan Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Indra Wahidin usai berdialog dengan massa "Aliansi Maysarakat Antigenocide Muslim Rohingnya" disela perayaan Waisak 2559 di Medan, Selasa.

Menurut Indra, Walubi Sumut sependapat dengan berbagai pihak yang prihatin dan tidak setuju atas penganiayaan terhadap etnis Rohingnya di Myanmar tersebut.

Dalam penilaian Walubi, penganiayaan dan pembantaian etnis Rohingnya di Myanmar tersebut tidak sesuai dengan ajaran Budha yang menekankan kasih sayang dan dharma budi.

Pihaknya menilai penganiayaan dan pembantaian di Myanmar tersebut hanya dilakukan kelompok tertentu yang mengatasnamakan umat Budha.

"Agama mana pun pasti tidak pernah mengajarkan seperti itu. Itu hanya oknum," katanya.

Sebagai bentuk keprihatin dan ketidaksetujuan atas tindakan di Myanmar tersebut, Walubi Sumut ikut memberikan bantuan bagi pengungsi Rohingnya yang ditampung di Sumut dan Aceh.

"Kita ingin menunjukan kebersamaan dan menjernihkan isu yang tidak benar," kata Indra.

Sebelumnya, sekitar 20 orang yang mengatasnamakan Aliansi Maysarakat Antigenocide Muslim Rohingnya mendatangi lokasi perayaan Waisak di salah satu hotel di Medan dan meminta ketegasan pengurus Walubi atas kekejaman yang dialami etnis Rohingnya di Myanmar.

Ketua Aliansi Maysarakat Antigenocide Muslim Rohingnya Muhammad Nuh mengatakan, pihaknya meminta klarifikasi dan ketegasan Walubi karena adanya simbol agama Budha dalam penganiayaan tersebut.

Pihaknya bergembira karena Walubi juga mengecam tindakan itu, sekaligus memastikan bahwa peristiwa tersebut adalah musibah kemanusiaa yang tidak sesuai dengan ajaran Budha.

"Ada kesamaan pendapat bahwa mereka (etnis Rohingya) adalah korban kemanusiaan," ujar Nuh.

Pewarta: Irwan Arfa
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2015