Jakarta (ANTARA News) - Di tengah sikap rela berkorban yang semakin pudar serta tidak populernya gaya hidup guyub penuh setia kawan, Depsos merasa perlu mencanangkan revolusi hati nurani untuk bangsa ini. Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Depsos Gunawan Sumodiningrat di Jakarta, Selasa, menjelaskan upaya tersebut akan dilakukan secara nasional. Kegiatan itu akan dilakukan di 33 propinsi, 66 kabupaten, 132 kecamatan, 660 desa, 6.600 kelompok, 66 ribu masyarakat. "Kami mohon dukungan dan restu agar hal tersebut bisa berjalan dengan baik," katanya. Menurut Gunawan, revolusi tersebut diperlukan mengingat sikap mementingkan diri sendiri yang kian berkembang saat ini. Padahal menurutnya, kesetiakawanan merupakan keniscayaan dalam hidup yang menjamin terciptanya harmoni antarmakhluk Tuhan. "Tidak terbayangkan hidup tanpa rasa setia kawan," kata Gunawan, figur yang sejak lama bergelut dalam upaya pemberdayaan daerah tersebut. Cara itu antara lain dilakukan dengan menggandeng lembaga manajemen Emotional and Spriritual Quotient (ESQ) untuk melatih para kader penggerak masyarakat. Gunawan menambahkan, ada tiga sisi kesetiakawanan yang mulai dilupakan manusia modern, termasuk masyarakat Indonesia saat ini. Pertama, soal perlunya bersetia kawan dengan manusia, terutama dalam kelompok terkecil keluarga. Kedua, bersetia kawan dengan alam dan Tuhan YME sebagai penciptanya. Ketiga, manusia saat ini lupa untuk bersetia kawan dengan dirinya sendiri. Artinya, menautkan hubungan erat antara pikiran, perasaan dan tindakan yang dilakukannya. "Itulah yang membuat sebagian anggota masyarakat kita sudah ada yang terjangkit perasaan semakin terasing dalam komunitasnya sendiri," kata Gunawan. Untuk itulah, kata Gunawan, Depsos berupaya melakukan penyadaran. "Kami semata semata kembali pada peran pertama pemerintah, yakni menyadarkan masyarakat bahwa manusia itu makhluk yang harus setia kawan. Sebagai penanda, 20 Desember lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri mencanangkan bahwa tiada hari tanpa kesetiakawanan. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007