Yogyakarta (ANTARA News) - Universitas Islam Indonesia Yogyakarta mendirikan lembaga riset halal yang dinamakan "Halalan Thoyyiban Research and Education Center" atau "H-TREND" sebagai bentuk kepedulian terhadap penjaminan produk halal.

"H-TREND merupakan lembaga di bawah Universitas Islam Indonesia (UII) yang fokus pada penelitian, pengujian, dan pengkajian terkait dengan aspek halal dan thoyyib suatu produk konsumsi," kata Ketua "H-TREND" UII Rahma Yuantari di Yogyakarta, Rabu.

Pada peresmian "H-TREND" UII, ia mengatakan sebagai universitas yang bercorak Islam, tentunya UII ingin turut serta membantu implimentasi sistem jaminan halal di Indonesia melalui aktivitas penelitian dan pengkajian di bawah lembaga tersebut.

"Untuk dapat menjalankan peran tersebut H-TREND memiliki para pakar yang terdiri atas berbagai latar belakang ilmu yang berkaitan dengan aspek halal dan thoyyib serta laboratorium penunjang yang tersertifikasi," katanya.

Rektor UII Harsoyo mengatakan penjaminan produk halal penting untutk menunjang mutu dan keamanan produk pangan yang dikonsumsi masyarakat khususnya komunitas Muslim.

Secara aplikatif, kata dia, ketentuan halal merujuk pada kaidah syariah, sedangkan thoyyib mengacu pada kandungan gizi dan keamanan pangan yang baik.

"Sebagai orang beriman kita wajib menyakini bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang dibutuhkan, apa yang bagus untuk dikonsumsi dan yang membahayakan bagi manusia," katanya.

Harsoyo berharap dengan berdirinya "H-TREND" dapat dijalin kerja sama dengan berbagai pihak terkait seperti BPOM, LPPOM MUI, dan universitas lain yang juga memiliki perhatian serupa.

Wakil Direktur LPPOM MUI Nurwahid mengatakan perguruan tinggi dapat mengambil peran strategis sebagai mitra lembaga sertifikasi halal pemerintah melalui aktivitas penelitian dan pengkajian produk halal.

Dalam hal ini, kata dia, yang tidak kalah penting adalah peran edukasi kepada masyarakat serta sektor UMKM tentang pentingnya produk halal.

"Jika hanya bertumpu pada pengujian produk halal di laboratorium akan membutuhkan biaya yang mahal dan tidak menuntaskan persoalan di sektor hulu," katanya.

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2015