Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah wacana pencopotan menteri terkait kasus kelaparan haji dan kecelakaan di dunia transportasi yang menimpa maskapai penerbangan Adam Air serta tenggelamnya Kapal Senopati merupakan usulan yang kurang tepat. "Fraksi DPR jangan asal bunyi. Jangan cuma bilang mencopot menteri yang bersangkutan, tapi seharusnya fraksi-fraksi itu melihat dulu akar permasalahannya," kata Ketua PP Muhammadiyah Armyn Gultom di Jakarta, Rabu. Menurut dia, langkah awal yang perlu dilakukan adalah terlebih dulu mengusut siapa yang bersalah dalam masalah yang terjadi, baru menyusul pencopotan menteri. "Kalau usulan pencopotan menteri agama, saya kira logis karena Depag adalah eksekutor utama kasus kelaparan ratusan ribu jemaah haji Indonesia," ujarnya. Sebelumnya, sejumlah kalangan terutama anggota parlemen di Senayan menilai bahwa kebijakan haji tahun ini yang mengalihkan katering dari muasasah ke perusahaan Ana For Development (AFD) telah menyengsarakan jemaah. Sejumlah fraksi di DPR pun, satu-persatu secara resmi meminta agar Maftuh segera mengundurkan diri setelah kasus gagalnya katering tersebut dan menuntut agar persoalan ini diusut tuntas. Namun, menurut Armyn dalam kaitan simpang siurnya informasi dan data akibat musibah hilangnya pesawat boing 737-400 milik Adam Air dan kapal penumpang Senopati tentu yang harus dicari adalah informannya. "Saya kira tidak logis, jika langsung dikaitkan dengan Menteri Perhubungan Hatta Radjasa," katanya. Untuk kasus Adam Air, lanjut Armyn, pemberi informasinyalah yang harus diusut karena telah memberikan informasi awal yang salah mengenai lokasi jatuhnya pesawat. Mengenai kabar yang salah itu adalah, sebelumnya beredar berita pesawat dengan nomor penerbangan KI 574 sudah ditemukan di pegunungan Kabupaten Polman, Sulbar. Bahkan, diberitakan 90 orang tewas dan 12 selamat. Namun, setelah Tim SAR mendatangani lokasi tidak ditemukan jejak bangkai pesawat yang jurusan Surabaya-Manado tersebut. Armyn menambahkan, Dephub juga harus memberikan sanksi tegas kepada Adam Air karena telah dua kali melakukan kesalahan.(*)

Pewarta: bwahy
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007