Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur yang sedang digencarkan pemerintah bisa menjadi salah satu solusi menghadang perlambatan pertumbuhan ekonomi.

"Pertumbuhan ekonomi melemah karena tren dunia dan semua mengalaminya. Faktor internal yang harus dibereskan adalah mempercepat kebutuhan infrastruktur dan memperbaiki regulasi agar penyerapan APBN makin cepat untuk memudahkan investasi," katanya di Jakarta, Jumat.

Sofyan menjelaskan sarana infrastruktur merupakan masalah internal yang dapat dibenahi oleh pemerintah, sebagai amunisi untuk memperkuat sektor investasi, dalam menghadapi tekanan ekonomi global yang makin tidak menentu.

Selain itu, lanjut dia, pembangunan infrastruktur seperti jalan dan pembangkit listrik sangat dibutuhkan karena erat kaitannya dengan kemungkinan masuknya investor di Indonesia dan penciptaan lapangan pekerjaan.

Untuk itu, Sofyan menegaskan pemerintah telah mempermudah perizinan investasi maupun mengurai regulasi terkait infrastruktur yang selama ini masih menghambat agar tidak terlalu kaku dan pembangunan dapat dipercepat.

"Perlu tindakan fleksibel untuk mengatasi perlambatan ekonomi, contohnya kebijakan tidak boleh terlalu rigid dan pelanggaran administrasi jangan dianggap kriminal. Kalau begitu, orang tidak mau mengeluarkan inisiatif," ujarnya.

Ia menambahkan, untuk mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur juga sangat dibutuhkan kesepakatan bersama dari pihak terkait agar implementasinya tidak berlarut-larut dan tidak memakan waktu lama.

"Persoalan infrastruktur bukan masalah politik, tapi persoalan implementasi. Sekarang ini Presiden sudah tidak berkenan lagi dengan groundbreaking karena yang penting adalah pelaksanaannya," kata Sofyan.

Sebelumnya, Bank Dunia mengingatkan adanya tantangan berat bagi negara-negara berkembang pada 2015 karena prospek biaya pinjaman yang lebih tinggi serta era baru harga minyak dan komoditas penting yang lebih rendah.

Bank Dunia memproyeksikan negara-negara berkembang masih mengalami perlemahan dan hanya tumbuh 4,4 persen pada 2015, dengan kemungkinan naik 5,2 persen pada 2016 dan 5,4 persen pada 2017.

Indonesia diperkirakan ikut mengalami perlambatan ekonomi tersebut karena sektor ekspor telah tumbuh negatif karena rendahnya harga komoditas global serta sektor investasi yang belum menunjukkan perbaikan berarti pada triwulan I-2015.

Untuk itu, Bank Dunia mengingatkan pentingnya pengambilan kebijakan fiskal yang tegas dalam menghadapi tantangan eksternal, agar negara berkembang tidak mengalami turbulensi atas berbagai risiko termasuk potensi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed).

Pewarta: Satyagraha
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2015