Suatu petang di musim dingin, Ma Xiulan (74) duduk di lantai sebuah gelanggang di kota Beijing, bersama sekitar 200 laki-laki dan perempuan yang kepalanya terbalut kain bewarna putih. Secara seksama, mereka mendengarkan arahan dari seorang pria yang berdiri di atas panggung sederhana. Perempuan bertubuh mungil dan kurus dari kawasan Cina utara, di pedalaman Mongolia, itu terlihat tenang walaupun 48 jam kemudian ia akan menaiki pesawat terbang untuk pertama kalinya dalam hidup. Perjalanan dengan pesawat terbang akan berlangsung selama 12 jam, dan impian sepanjang hidup Xiulan pun akan terwujud, yaitu menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Namun sebelumnya, Xiulan dan rombongan calon haji lainnya mengikuti pelatihan tentang kebijakan luar negeri dan kebijakan agama Pemerintah Cina. Sementara itu anak Xiulan, Ma Wenhua, berdiri di luar ruangan sambil melihat ibunya tanpa henti. Ia terus saja mengkhawatirkan akan sang bunda. "Tubuhnya lemah. Saya berharap dia bisa selamat menuntaskan perjalanan 38 hari nanti," kata Wenhua (51). Walau hati berkubang cemas, Wenhua telah memutuskan untuk tidak mencegah kepergian sang ibu. Setiap Muslim mendambakan perjalanan suci ke Mekkah setidaknya sekali dalam seumur hidup, dan Xiulan telah mengimpikan pergi haji sejak beberapa tahun terakhir. Namun ternyata pergi haji bukanlah impian yang mudah untuk diwujudkan, kendala utamanya adalah uang. Baru tahun lalu tabungan seluruh keluarga Xiulan, yakni Xiulan, suaminya, tiga putra, dan seorang putri mereka berhasil terkumpul 30 ribu yuan (3.750 dolar) untuk biaya berangkat haji. Operator perjalanan haji, yaitu sebuah asosiasi Islam setempat, menerima 24.170 yuan guna menyewa pesawat, pembuatan paspor dan visa, serta keperluan lain perjalanan haji. Sedangkan sisanya akan digunakan untuk membeli makanan selama hidup di Mekkah dan tiket perjalanan dari pedalaman Mongolia ke Beijing. "Pendapatan satu-satunya orang tua saya adalah pensiun ayah 800 yuan per bulan, otomatis semua tabungan mereka akan habis untuk biaya naik haji ini," kata Wenhua. Xiulan pun mendaftarkan diri ke otoritas lokal pada tahun lalu, tapi sayang kuota sudah terisi penuh, sehingga baru tahun ini Xiulan dapat berangkat ke Mekkah. Bai Zhihui, wakil ketua Asosiasi Islam Kawasan Otonomi Pedalaman Mongolia, mengatakan pihak pemerintah Saudi Arabia mematok angka kuota berapa banyak jamaah haji asal Cina bisa berangkat ke Mekkah tiap tahunnya. Tahun 2006, kuota dinaikkan 233,2 persen daripada tahun sebelumnya. Xiulan sendiri merasa sangat senang ketika mengetahui pada bulan November ia terdaftar sebagai calon haji tahun ini dan bergegas mempersiapkan semua keperluannya. Untuk menghemat uang, Xiulan membawa 5 kg beras, 3 kg tepung, 3 kg mi kering, 8 kg makanan padat, dan sayuran kering. Ia berencana memasak makanan sendiri selama berada di Mekkah, tepatnya di tempat penginapan bersama jamaah lain dari Cina. Berbeda dengan Xiulan, You Zhanxian (77) dan istrinya Ma Lanying (75) bersiap menghabiskan 2.000 dolar untuk membeli makanan di Saudi Arabia. "Saya mendapat untung dari bisnis real-estat, jadi saya akan berangkat haji bersama istri. Lima anak kami mengantarkan sampai bandara," kata You. Ia mengaku telah membaca berbagai buku tentang perjalanan haji, dan menyadari bahwa ibadah ini cukup berat buat orang seusia mereka. "Suhunya panas dan jutaan orang berkumpul di sana, tapi kami sudah sangat siap untuk perjalanan berat ini," kata dia, kemudian tersenyum. Sementara itu Bai mengatakan faktor ekonomi dan fisik memang sangat penting dalam perjalanan ibadah haji, sama pentingnya dengan hati yang khidmat kepada Tuhan. Namun bagi jamaah haji asal Cina, terutama yang tinggal di daerah pedalaman, mereka baru bisa mengumpulkan uang untuk berangkat ke tanah suci setelah memasuki usia yang senja dan kondisi fisik tubuh mulai menurun drastis. "Kami biasanya membiarkan jamaah haji yang sudah tua, tapi tidak sedang sakit parah, untuk tetap pergi ke Mekkah karena mungkin ini adalah kesempatan satu-satunya dalam seumur hidup mereka," kata Bai. Sekitar 70 persen penduduk Pedalaman Mongolia berusia lebih dari 60 tahun. Itu sebabnya, selama perjalanan haji pelayanan kesehatan berupa dua orang dokter dan obat-obatan akan menyertai jamaah, kata Bai. Berdasarkan data statistik resmi pemerintah Cina, pada tahun 2006 sekitar lebih dari 9.600 jamaah haji asal negeri itu akan diberangkatkan dengan pesawat-pesawat carter ke Saudi Arabia. Yang Zhibo, wakil ketua Asosiasi Islam Cina (IAC), mengatakan jamaah haji yang berangkat pada Desember tahun ini berasal dari delapan provinsi dan daerah otonomi yaitu Xinjiang, Qinghai, Gansu, Ningxia, Yunnan, Shaanxi, Pedalaman Mongolia, dan Henan. "Jamaah haji tahun sekarang lebih baik daripada periode yang lalu, karena pemerintah Saudi Arabia meningkatkan kuota haji Cina. Sehingga jumlah jamaah yang berangkat ke Mekkah tahun ini merupakan yang terbanyak dalam sepanjang sejarah Cina," kata Yang. Pada bulan Mei 2006, untuk menjamin keselamatan jamaah, IAC menandatangani kesepakatan dengan pemerintah Saudi Arabia. Inti kesepakatan itu menyebutkan bahwa jamaah haji asal Cina hanya boleh berhaji dengan mendaftar ke organisasi-organisasi yang berafiliasi ke IAC. Pemerintah Saudi Arabia juga tidak mengeluarkan visa ke calon jamaah yang mendaftarkan diri di luar IAC, atau dengan cara memasuki Mekkah sebagai turis. Sebelumnya, terdapat sebuah kelompok calon jamaah haji Cina yang telah membayar masing-masing 8.000 yuan ke biro perjalanan, tapi ternyata mereka malah ditemukan di Pakistan pada bulan Agustus karena tidak bisa masuk ke Saudi Arabia. Setelah peristiwa itu, pemerintah Saudi menambah kuota haji Cina. Air China, China Eastern Airlines, dan China Southern Airlines akan melayani 31 penerbangan kelompok terbang (kloter) haji asal Cina tahun ini. Biaya perjalanan mencakup ongkos transportasi, pelayanan kesehatan, dan akomodasi. Pada 29 November, kloter pertama berangkat dari Lanzhou, ibukota Provinsi Gansu, sedangkan kloter terakhir berangkat pada 17 Desember. Meskipun perjalanan yang ditempuh cukup jauh dan berat, perempuan tua asal Pedalaman Mongolia itu mengaku dirinya sangat bahagia bisa menunaikan ibadah besar itu. Ia juga sangat berterimakasih kepada suaminya, yang dua tahun lebih tua umurnya, karena memberikan kesempatan beribadah haji. "Dia mengatakan bahwa dia lebih kuat daripada saya dan masih bisa menunggu beberapa tahun lagi. Saya berharap ia juga bisa berangkat haji suatu saat kelak," kata Xiulan. Sambil memandangi sang ibu melangkah ke dalam pesawat, Wenhua mengatakan ia bakal kembali ke rumah. Baru pada 22 Januari ia akan menempuh perjalanan bus selama 30 jam dari Mongolia ke Beijing, untuk menjemput Xiulan yang tiba dari Tanah Suci. "Saya berharap semuanya akan baik-baik saja ketika ibu kembali dari perjalanan haji," demikan ucap si putra yang berbakti itu.(*) (Sumber: Kantor Kedutaan Besar Cina di Jakarta)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007