Jakarta (ANTARA News) - Shalat Tarawih perdana pada Ramadhan 1436H/ 2015M di Masjid Istiqlal, Rabu (17/06) malam, diikuti ribuan umat Islam termasuk Presiden RI Joko Widodo, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan beberapa Duta Besar negara sahabat, dengan imam Ustadz Husni Ismail.

Didaulat sebagai pengisi kuliah tujuh menit pada malam acara yang bertajuk “Marhaban ya Ramadhan”, Dirjen Bimas Islam Machasin yang dinobatkan sebagai penceramah menyampaikan taushiyahnya bahwa puasa yang diwajibkan kepada umat manusia bertujuan untuk menjadikan manusia bertaqwa, menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.

Selain itu, yang perlu dipegang dalam berpuasa adalah menghindarkan diri dari perbuatan yang tercela dan menjauhi orang-orang yang bertikai.  “Menjaga dan mengontrol diri dari segala yang dapat membatalkan puasa, sesuai tuntunan Rasulullah, untuk dapat menghindari diri dari perkataan yang kotor,” urai Machasin seperti dikutip kemenag.go.id, Kamis.

Mengutip  pesan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, Machasin mengatakan bahwa ada tiga tingkatan orang-orang yang berpuasa. Pertama, puasa orang umum atau biasa, yakni orang yang puasanya sekedar menjaga perut dan pelampiasan syahwatnya.

Kedua, puasa orang yang khusus atau pilihan, yaitu orang yang selain berpuasa makan, minum, dan syahwat, juga menjaga pendengaran, penglihatan, lidah, tangan dan kaki, serta seluruh anggota badan dari perbuatan dosa. Ketiga, puasa orang yang khusus dari orang yang khusus, yaitu puasa hati dari semua pikiran, perasaan yang ada dalam hati, dari kemauan-kemauan yang rendah, serta menjaga diri dari sifat keduniawian.

“Kita melakukan itu semua untuk mendapatkan Ridho Allah Swt,” kata Machasin.

“Jika kita ingin melakukan puasa, maka berpuasalah seperti kategori puasa orang yang ketiga, sebagai pengabdian kita kepada Allah Swt.,” imbuhnya.

Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2015