Denpasar (ANTARA News) - Umat Hindu Dharma di Bali menggelar ritual Tumpek Wariga atau Tumpek Uduh dengan melakukan persembahan suci untuk semua jenis tumbuh-tumbuhan yang memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia pada Sabtu.

Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri Denpasar Dr I Ketut Sumadi menjelaskan umat Hindu menggelar ritual itu 25 hari menjelang Hari Suci Galungan, hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan).

Setiap keluarga di Bali melakukan ritual itu menggunakan kelengkapan sarana banten, rangkaian janur yang dikombinasikan dengan bunga dan buah-buahan.

Selain itu juga ada bubuh sumsum, yaitu bubur dari tepung ketan yang diberi warna hijau menggunakan daun kayu sugih dan ditaburi dengan parutan kelapa yang diberi gula merah.

Umat Hindu melakukan ritual Tumpek Wariga secara simbolis terhadap tanaman-tanaman seperti padi di sawah dan aneka jenis pepohonan yang memberikan manfaat di pekarangan maupun ladang.

"Tumpek Uduh bukan merupakan hari untuk menyembah tumbuh-tumbuhan, namun hari untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar melalui tumbuh-tumbuhan umat manusia dapat diberikan kemakmuran dan keselamatan, terhindar dari berbagai bencana banjir dan tanah longsor," ujar Ketut Sumadi.

Upacara ritual untuk pepohonan di pekarangan, sawah dan ladang merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap aneka jenis tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.

"Tumpek Wariga bagi umat Hindu memberikan isyarat dan implementasi bagi pelestarian lingkungan dan memahami betapa pentingnya lingkungan bagi kehidupan manusia," ujar Ketut Sumadi tentang ritual yang digelar setiap hari Sabtu uku Wariga atau 210 hari sekali itu.

Pewarta: IK Sutika
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2015